Tiga Harta Ayah Misterius Ternyata Sang Bos Besar Bab 192
Tiga Harta Ayah Misterius Ternyata Sang Bos Besar Bab 192
Bab 192
Stanley sangat bimbang, seolah–olah kedua tangan menarik jantungnya berulang kali, hampir hancur dirobek...
la ingin melindungi Tracy, tetapi ia juga tidak bisa membiarkan perusahaannya dalam bahaya.
Walaupun ia tahu Daniel sengaja membuat jebakan ini, tetapi ia juga tidak mampu melawannya...
“Stanley....” akhirnya Tracy berbicara memecahkan suasana yang canggung, “Kamu jangan bimbang, ikuti kata hatimu.”
“Tracy, aku tidak ingin membuatmu kecewa seperti empat tahun lalu,” ujar Stanley menyesak, “Tetapi aku tidak bisa mengacuhkan perusahaanku, itu adalah jerih payah tiga generasi keluargaku....” NôvelDrama.Org owns all © content.
“Aku mengerti.” Tracy memaksa tesenyum kaku, “Sekarang sudah tidak seperti dulu, perusahaanmu adalah tanggung jawabmu!”
“Bagaimana denganmu nanti?” Stanley benar–benar sedih.
“Dia tidak akan melakukan apa pun padaku.” Tracy sengaja menjawab dengan santai, “Kamu tidak perlu mencemaskanku.”
“Tidak akan berbuat apa–apa terhadapmu?” Stanley melihat jubah mandi di tubuhnya, pandangannya menjadi ruwet, “Kamu dulu begitu membanggakan dan agung, tetapi sekarang....”
Stanley tidak sanggup melanjutkan ucapannya lagi. Kedua tangannya mengepal erat. Ada pertentangan dan ketidakberdayaan terhadap takdir di dalam dirinya.
Tracy tahu ia telah salah paham, tetapi Tracy tidak ingin menjelaskannya. Ia hanya tersenyum pahit, “Benar juga, sejak kapan aku berubah menjadi seperti ini?”
Satu kalimat itu membuat suasana semakin canggung.
Jika keluarga Stanley tidak mengubah pilihannya dengan membatalkan pernikahan, saat tahu Grup Smith bangkrut. Maka Tracy tidak akan terjebak dalam jebakan Alice dan membuat kesalahan itu. Kurasa ia juga tidak akan berakhir seperti ini...
Jadi, Stanley juga bertanggung jawab besar atas perubahan dirinya sekarang.
“Maafkan aku... “ Stanley menundukkan kepala merasa bersalah.
“Bagaimana? Sudah dipikirkan dengan baik?”
Suara Daniel terdengar, suara itu mendominasi dan aura kesombongan menentukan takdir.
“Presdir Daniel, aku rasa seharusnya kita berdiskusi empat mata.”
Stanley masih tidak menyerah, ia ingin mempertahankan kedua pilihan.
“Aku tidak punya waktu berdiskusi denganmu.” Daniel duduk di sofa. Ia duduk bersila dengan
angkuh. “Aku beri kamu waktu 10 detik. Bawa ia pergi atau bawa barang itu pergi...”
Ia menggunakan kakinya menunjuk kalung ruby di atas meja teh, “Pilih sendiri!”
“Aku...” Stanley masih berani berbicara. Tiba–tiba ponselnya berdering, ia segera berdiri | menyingkir untuk menjawab telepon, “Halo, apa?!”
“Ayah, kamu jangan cemas. Aku sedang memikirkan caranya. Aku tahu, aku tahu. Nanti aku telepon kamu balik.”
Setelah menutup telepon, Stanley bergegas memohon pada Daniel, “Presdir Daniel, kamu tidak perlu sekejam ini, kan? Kamu menghentikan proyek itu, ini akan merugikan kita, kan.”
“Jadi?” Daniel mengangkat alis mencemooh.
“Aku....”
Stanley terdiam beberapa saat. Daniel adalah dewa penentu takdir. Jika ia ingin orang itu mati, maka orang itu pasti mati.
Sama sekali tidak ada ruang untuk berdiskusi.
“3 detik terakhir.” Daniel mengangkat jarinya, ia mulai hitung mundur, “Tiga!”
“Presdir Daniel….”
“Dua!”
“Presdir Daniel, anggap aku memohon padamu...”
mel
“Jika kamu bertele–tele lagi, kesempatan memilih pun tidak akan ada lagi.”
Daniel mengernyitkan kening, wajahnya penuh dengan ketidaksabaran.
“Aku....”
Stanley melihat kalung ruby itu, lalu melihat Tracy. Matanya penuh kebimbangan.
Dan di saat itu, lagi–lagi ponselnya berdering...
Ia berkeringat karena panik, kedua matanya memerah.
Tracy sudah tidak sanggup melihatnya lagi, ia bersiap mengambil kalung ruby untuk diberikan kepada Stanley.
Di waktu yang sama, Stanley telah mengulurkan tangan bersiap mengambil kalung ruby...
Liontin kalung itu menyentuh punggung tangan Tracy, ia mendongak melihat Stanley secara spontan.
Kedua mata mereka saling bertemu, pandangan mereka ruwet.
2/3
Meskipun Tracy memahami pilihan Stanley dan mendukung pilihannya, tetapi ketika Stanley membuat pilihan, Tracy tetap saja merasa cemas...
Rasanya sebuah pisau tajam menusuk hatinya, benar–benar sakit.
“Tracy, aku....”
Stanley panik. Ia sadar Tracy ingin membantunya memilih perusahaan, tetapi ia lebih cepat satu detik darinya.
Jadi, makna telah berubah sepenuhnya...