Tiga Harta Ayah Misterius Ternyata Sang Bos Besar Bab 190
Tiga Harta Ayah Misterius Ternyata Sang Bos Besar Bab 190
Bab 190
Daniel mengangkat bahu tidak yakin. Ia lalu menuangkan anggur dingin dan pelan–pelan menyesapnya.
“Kenapa kamu harus seperti ini?” Tracy marah sekali, “Apakah kamu ada dendam dengan ayahku? Jadi ingin mempermainkanku?”
Mendengar ucapannya, tangan Daniel langsung berhenti. Ia mendongak menatap Tracy, “Ada yang mengatakan itu kepadamu?”
“Merasa bersalah?” Tracy sengaja memprovokasinya. “Perusahaan ayahku bangkrut, apakah ada hubungannya denganmu?”
Akhirnya ia melontarkan pertanyaan yang selalu ingin ia tanyakan. Walaupun berbahaya, tetapi ia tidak ada pilihan lain.
Bagaimana pun ia tidak punya kemampuan untuk menyelidiki Daniel. Lebih baik langsung berterus terang.
“Siapa yang memberitahumu?” Daniel memicingkan mata menatapnya.
“Kamu tanya begini, berarti semua itu benar?”
Tracy tidak bersedia menerima kenyataan ini. Tetapi dilihat dari responsnya, tampaknya ia mendapat sedikit jawaban.
“Stanley?” Daniel tidak menjawab, malah bertanya.
“Tidak ada hubungan dengannya.” Tracy bergegas untuk tidak melibatkan Stanley, “Beritahu aku, apakah kamu yang sengaja mengakuisisi perusahaan ayahku dan membuat Grup Smith bangkrut?”
“Bagus sekali,” Daniel menggoyang–goyangkan gelas anggurnya, “Awalnya ia yang memohon kepadaku, aku sudah melepaskannya, Tetapi ia berani bermain trik kotor kepadaku. Kalau begitu hanya ada satu jalan!”
Setelah berbicara, ia mengambil ponsel menelepon, “Proyek Stanley berhenti sementara.”
“Jangan..” Tracy ingin menghentikannya, tetapi Daniel telah menutup teleponnya. “Tidak ada hubungannya dengan Stanley, sama sekali tidak ada.” Tracy lekas menjelaskan.
“Sedih...?” Sudut bibir Daniel terangkat, melihatnya dengan tatapan mengejek, “Bagaimana jika kamu taruhan denganku?”
“Apa maksudmu? Apa yang ingin kamu lakukan?”
Hati Tracy gelisah, ia merasa pria di hadapannya sangat menakutkan.
Daniel dengan santai menyalakan cerutu. Di saat ini, sebuah telepon masuk. “Tuan Daniel, mobil Stanley berhenti di jalur hijau, ia bilang ingin mengantarkan barang.”
“Biarkan dia masuk.” perintah Daniel dengan murah hati.
“Baik.”
Setelah menutup telepon, ia mendongak melihat Tracy. Matanya bersinar dengan cahaya dingin dan jahat, “Bagaimana, berani taruhan?”
“Apa yang ingin kamu lakukan sebenarnya?” Tracy merasakan firasat buruk.
“Nanti juga tahu.” Daniel menatap tubuh Tracy yang basah. “Ke kamar mandi benahi dirimu.” perintah Daniel.
Tracy baru sadar sekujur tubuhnya basah kuyup transparan dan masih meneteskan air. Ia ingin kembali ke kamarnya, tetapi tiba–tiba mendengar suara mobil di luar. Stanley sudah tiba.
Dalam keadaan panik, ia masuk ke dalam kamar mandi Daniel….
Saat sedang bersiap–siap, dari luar terdengar Stanley sedang merendahkan dirinya, “Presdir Daniel, ini adalah kalung ruby milik Anda. Maaf, istriku tidak paham dan malah menyinggung Anda. Aku minta maaf mewakilinya!”
“Kenapa berdiri di luar? Masuklah duduk.” Daniel mempersilakannya dengan sungkan.
“Terima kasih.” Stanley berjalan masuk.
“Keluar!” Daniel menghadap kamar mandi memerintah.
Bulu kuduk Tracy bergidik, hatinya panik. Tetapi ia tetap memberanikan diri berjalan keluar. Text © owned by NôvelDrama.Org.
Rambutnya masih basah, tubuhnya terbungkus jubah mandi besar. Jubah itu tampak kebesaran untuk badannya...
Kelihatan sekali jubah itu bukan miliknya.
Langkah Stanley berhenti. Ia menatapnya dengan pandangan rumit, tercengang, sakit hati dan kecewa...
“Orang lain jauh–jauh kemari mengantarnya demi kamu, masih tidak bilang berterima kasih?”
Daniel menggunakan cerutu menunjuk Stanley.
Tracy mengernyitkan kening. Ja sama sekali tidak bicara. Ia tahu, Stanley pasti telah salah paham.
Sebenarnya Tracy tidak perlu menjelaskan apa pun kepadanya dengan status mereka sekarang. Hanya saja hatinya frutasi kalau dirinya dijebak dengan sengaja.
“Predir Daniel, coba Anda periksa kalung ini. Jika tidak ada masalah, aku tidak mengganggu lagi....”
Saat Stanley sedang bicara, ponselnya masuk sebuah pesan. Setelah melihat isi pesan, ia terkesiap bergegas bertanya, “Presdir Daniel, kenapa tiba–tiba menghentikan proyekku?”