Tiga Harta Ayah Misterius Ternyata Seorang Bos Besar

Tiga Harta Ayah Misterius Ternyata Sang Bos Besar Bab 189



Tiga Harta Ayah Misterius Ternyata Sang Bos Besar Bab 189

Bab 189

Kulit berwarna coklat metalik masih meneteskan air, memancarkan aura menggoda di bawah cahaya biru. Sebuah bekas luka pisau panjang miring di pinggangnya, seolah membelah pinggangnya.

Dan di bawah bekas pisau itu ada sebuah tato.

Sedikit lagi tato itu terlihat, namun Daniel langsung menarik rambut Tracy, mengarahkannya ke depan Daniel agar Tracy dapat melihat wajah marahnya.

“Kamu...”

Tracy belum sempat menjawab, bibir dinginnya sudah digigit oleh Daniel.

Bagaikan binatang buas yang menggerogoti mangsanya. Ada hukuman pembalasan, Ia mengigit bibir Tracy hingga mati rasa dan sulit bernapas...

Tracy meronta, namun malah terperangkap dalam pelukannya. Ia sulit melawan.

Ciumannya seperti badai hujan, gerakan tangannya semakin lama semakin dalam...

Melihat bahwa ia akan menerobos pertahanan terakhir. Tracy panik, matanya terbelalak ketakutan...

“Tuan Daniel, Thomas mengabarkan informasi....”

Dari belakang tiba–tiba terdengar sebuah laporan, tetapi orang itu tiba–tiba berhenti bicara.

Orang itu terkesiap dengan pemandangan di depannya, ia buru–buru tutup mulut.

Daniel melepaskan Tracy dengan tidak rela. Satu tangannya menangkup wajah Tracy. Ia menggunakan ibu jarinya mengusap bibir Tracy yang bengkak, “Ingat, jangan mencari masalah

denganku!”

Tracy bernapas terengah–engah, la panik bagaikan rusa yang terluka. Sekujur tubuhnya gemetaran.

Daniel melompat ke atas, dengan mudah naik ke tepi kolam dan mengenakan juban mandi.

Tracy naik ke tepi kolam renang dengan malu. Ia cepat–cepat melarikan diri.

“Satu jam lagi jam 9.”

Daniel mengingatkannya dari belakang.

Tracy tercengang, tiba–tiba ia teringat janjinya dengan Daniel...

Sekarang sudah jam 8, tidak tahu apakah Alice sudah tiba di kota Bunaken atau belum.

la bergegas mencari ponselnya. Ia baru sadar ponselnya jatuh di tepi kolam. Ponselnya basah karena air.

Ia bergegas mengambil ponselnya kemudian melesat pergi.

Daniel melihat ia yang kalang kabut, sudut bibirnya mulai terangkat.

Beberapa lama kemudian, tatapan matanya baru berpindah. “Bagaimana dengan Thomas?” tanya Daniel.

“Gagal.” Bawahan bicara dengan hati–hati, “Presdir Devina ingin Anda sendiri yang pergi menemuinya...”

Setelah mengatakan ini, bawahannya tidak berani lanjut berbicara lagi...

“Suruh Thomas kembali.” Daniel tidak ada respon lain.

“Baik.”

Tracy memegang ponsel kembali ke kamar. Ia melihat ada dua telepon tak terjawab, telepon dari Stanley

Ia segera menelepon balik, tetapi ponsel tiba–tiba lag, sama sekali tidak bisa menelepon.

Ia bergegas mengeringkan ponselnya, kemudian mencoba menelepon lagi. Tetap saja tidak bisa.

temas.

i me

O mer

men

Hatinya cemas. Saat ingin meminjam ponsel orang lain menelepon, Stanley meneleponnya di momen itu.

Tracy dengan panik menggeser layar ponsel. Setelah beberapa lama akhirnya telepon itu berhasil terjawab sebelum telepon putus. Ia gembira sekali hingga tangannya gemetar.

“Stanley.”

“Tracy, aku sudah mengambil balik kalungnya. Sekarang aku dalam perjalanan ke sana, tetapi aku khawatir pengawal Daniel tidak membiarkanku masuk ke dalam...”

“Bagus sekali, sekarang juga aku bilang ke Daniel, biar ia mengizinkanmu masuk.”

“Baik, tunggu aku.”

Setelah menutup telepon, Tracy girang sekali, ia bersiap mencari Daniel.

Saat ini, Daniel dengan pakaian jubah mandi dan tak beralas kaki melewati kamar Tracy...

Tracy bergegas masuk ke dalam kamarnya, “Aku ingin bicara denganmu.”

“Tengah malam begini, dengan badan basah kuyup dan masuk ke kamar pria. Kamu ingin bicara

apa?”

Pandangan Daniel memancarkan suhu berapi–api, matanya bergerak naik turun di tubuh Tracy. Upstodatee from Novel(D)ra/m/a.O(r)g

Pakaian basahnya masih meneteskan air. Memperlihatkan lekuk tubuhnya yang sempurna. Kulit

putih mulusnya memancarkan cahaya menggoda membuat Daniel tak tahan...

“Kalung ruby sudah berhasil didapatkan, Stanley dalam perjalanan. Jika kamu mengizinkannya masuk, maka ia dapat mengantarkan kalung itu sebelum jam 9 malam...”

“Bukankah dia hebat?” Daniel memotong pembicaraannya, lalu membalikkan badan duduk di sofa, “Kalau begitu, biarkan dia memikirkan cara masuk sendiri.”

“Kamu....” Tracy murka, “Jelas–jelas kamu sedang mempersulitku.”


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.