Bab 2092
Bab 2092
Bab 2092 Mata–mata
Ia baru memeriksa masalah sumber air setengah jam lalu, kenapa pelayan wanita sudah begitu cepat menyiapkan susu untuk mandi?
Di sebelah wastafel juga sudah disediakan dispenser air bersih, agar dapat digunakan untuk mencuci wajah dan gogok gigi.
Selain itu, sekarang seluruh sumber air sudah dimatikan. Jangankan bilas wajah, untuk makan. dan minum saja jadi masalah. Tapi, tidak ada kepanikan di dalam kastel, semuanya tampak baik- baik saja ….
Ada yang aneh.
Dewi curiga, tapi ia tak ingin mencurigai Pangeran Willy.
Ia berpikir mungkin mereka sudah terbiasa dianiaya, jadi selalu penuh persiapan. Mereka tampak lebih tenang ketika bertemu masalah….
Ketika memikirkan hal ini, Dewi mau tak mau merasa bersimpati dan rasa kecurigaannya dengan cepat hilang.
Setelah ia bilas wajah dan beres–beres, Dewi kembali ke kamarnya mengambil ponsel untuk memeriksa. Lorenzo masih tak meneleponnya, juga tak mengiriminya pesan….
Mungkin pria itu sungguh marah.
Dewi agak kehilangan kata–kata, ia pun malas menjelaskan padanya. Ia sekalian menyetel mode hening dan tidur.
Malam itu tampak sangat tenang, tetapi juga tampak tak tenang.
Di tengah malam, Dewi terbangun oleh suara guntur yang mengagetkan. Ia memicingkan mata memandang ke luar jendela. Ada kilat dan guntur di luar, cabang–cabang pohon bergoyang, seperti monster dengan gigi dan cakar….
Tapi, Dewi tak merasa takut. la menutup telinga dan membalikkan badan lanjut tidur.
Ia tidur hingga pagi hari…..
Di luar ada orang yang memanggilnya, “Nona Dewi, Nona Dewi….”
Dewi bangun, ia agak kesal dan menjawab sambil memeluk bantalnya, “Ada apa?”
“Sudah ada hasil “jawab pelayan itu dengan hati–hati.
Dewi membelalakkan mata, lalu bangkit dari ranjang, “Tunggu sebentar.” Content from NôvelDr(a)ma.Org.
la buru–buru masuk ke kamar mandi bilas wajah, ganti baju dan merapikan rambut dengan asal.
Lalu, ia membuka pintu, “Apa yang terjadi?”
“Tidak ada yang pergi ke sumber air utama, tapi ada orang yang membongkar ruang penyimpanan ingin menghancurkan bukti. Kami sudah menangkap orangnya.”
“Bawa aku ke sana.”
Dewi mengikuti pelayan itu menuju ke ruang bawah tanah.
Pangeran Willy dan beberapa orang kepercayaannya sedang menginterogasi. Seorang pria muda berlutut di lantai, kedua tangannya diikat. Mulutnya di lakban, ia menundukkan kepala dan ketakutan hingga gemetaran.
“Bukankah kamu bilang pelayan di sini semuanya pelayan lama, beberapa pelayan muda adalah pengawal di sisimu?” Dewi mengamati pria itu, “Dia siapa?”
“Nona Dewi, ia adalah keponakan Pak Max, bagian tukang kebun.” Pengawal menjawabnya, “Karena Pak Max sakit, pria muda ini menggantikannya bekerja. Ia sudah bekerja di kastel selama tiga bulan. Ia tampak seperti anak yang jujur, tak disangka malah seorang mata–mata….”
“Ugh… ugh….
Ketika mendengar ucapan ini, pria ini membelalakkan mata dengan ketakutan. Ia tak berhenti menggelengkan kepala, tetapi mulutnya di lakban, jadi ia tak bisa bicara.
Dewi menatap mata pria itu, ia tak terlalu percaya pria muda ini adalah mata–mata. Jadi, ia maju melepaskan lakbannya, “Apa yang ingin kamu katakan?”
“@#¥%
Pria muda itu buru–buru berbicara, tapi ia menggunakan dialek yang sangat aneh. Dewi sama sekali tak paham, terpaksa bertanya pada Pangeran Willy, “Apa yang ia katakan?”
Pangeran Willy menggelengkan kepala, lalu memandang pengawal di sampingnya.
“la masih tak mau mengaku, katanya dirinya ditipu, makanya bisa membantu memindahkan minyak– minyak esensial itu ke dalam kastel….” Pengawal menjelaskan.
“Ia hanya memindahkan minyak? Orang yang mengabarkan informasi siapa?” tanya Dewi.
“Dia juga.” jawab pengawal itu.
“Tidak mungkin.” Dewi ragu, “Ia bahkan tak bisa bahasa Denmark. Bagaimana bisa ia mengabarkan informasi?”
“la memang tak bisa bahasa itu, juga tak mengenal huruf. Jadi, ia selalu menggunakan ponsel memotret, lalu membocorkan informasi keluar.”
Pengawal itu mengeluarkan ponsel tipe lama yang sudah rusak dan diberikan pada Dewi, “Anda lihat, ini adalah ponselnya.”
Dewi selalu tak memahami alat teknologi. Ia masih mengerti cara pemakaian ponsel modern, sedangkan ini adalah ponsel tipe lama, tulisannya juga bahasa Denmark, ia sama sekali tak paham.
Pengawal membuka album foto dan memperlihatkan foto kepadanya. Di dalamnya memang ada banyak foto kastel, termasuk ketika Dewi baru tiba di kastel juga dipotret secara diam–diam ….