Tiga Harta Ayah Misterius Ternyata Seorang Bos Besar

Bab 2163



Bab 2163

Bab 2163 Memohon Padanya

“Maaf, Nona Dewi, sebelumnya kami tidak mengenalinya.” Jeff buru–buru menjelaskan, “Selain itu, saat malam, jika ada orang yang mencoba masuk ke ruang kerja Tuan dengan memanjat tembok, kami pasti akan menembaknya.”

“Kamu….”

“Nona Dewi, ini bukan salah mereka.” Mina buru–buru membujuk Dewi, “Jangan menyulitkan

mereka.”

“Aku papah kamu dulu ke dalam dan obati lukamu.”

Dewi buru–buru memapah Mina masuk ke dalam. Namun, Mina malah bersikeras mau menemui Lorenzo, “Aku mohon pada kalian, biarkan aku bertemu dengan Tuan Lorenzo. Aku ingin memohon secara langsung.”

“Jika ada masalah, kamu katakanlah padaku.” Jeff berkata, “Aku akan menyampaikannya pada

Tuan.”

“Tidak, aku mau memohon secara langsung padanya….” Mina menjadi panik, dia menarik Dewi dan memohon, “Nona Dewi, aku mohon.”

“Mina ….” Dewi masih ingin membujuknya, tapi Mina malah berlutut tanpa memedulikan luka di kakinya, “Aku mohon, biarkan aku bertemu dengan Tuan Lorenzo.”

“Cepat berdiri, kakimu terluka. Kalau begini, kakimu bisa lumpuh.” Dewi berseru marah dengan panik.

“Biarkan saja kakiku lumpuh.” Mina berkata sambil menangis, “Kalau boleh, aku lebih rela mengganti kakiku ini dengan kaki Pangeran Willy, juga rela memberikan nyawaku padanya.”

Mendengar perkataan ini dan melihat kondisi Mina, Dewi menjadi tergerak. Dia tidak menolaknya lagi dan hanya bisa berjanji, “Baik, setelah aku membalut lukamu, aku akan membawamu menemuinya.”

“Nona Dewi ….”

“Seharusnya aku masih punya kuasa sekecil ini, ‘kan?” Dewi memotong perkataan Jeff dan langsung memapah Mina masuk ke kastel utama.

Jeff tahu hal ini akan membuat Lorenzo tidak senang. Namun, dia juga tidak berani menghalangi, maka hanya bisa menyuruh orang untuk melapor.

Dewi mengobati luka Mina, memapahnya duduk di kursi roda, lalu mendorongnya naik ke ruang kerja di lantai dua.

Jasper menunggu di depan pintu, sepertinya sudah tahu bahwa Dewi akan datang. Dia tidak menghadang, hanya melihat Mina sekilas, lalu menunduk dan membuka pintu.

Π

Lorenzo sedang duduk dan membaca dokumen yang ada di meja. Mendengar suara pintu dibuka, dia bahkan tidak mendongak, tetap lanjut bekerja.

Mina merasa sedikit tegang, dia melirik Dewi, lalu berkata dengan hati–hati, “Tuan, maaf, aku datang mengganggu Anda malam–malam begini.”

Saat ini, Lorenzo baru mengalihkan pandangannya dari dokumen. Dia mendongak dan menatap Dewi dengan tatapan penuh makna.

Dewi berkata dengan percaya diri, “Dia hanya ingin bertemu denganmu. Kalau ada masalah, tidak bisakah dibicarakan jelas secara langsung?”

Lorenzo memelototinya, lalu bertanya pada Mina dengan dingin, “Karena memandang Dewi, barulah aku membiarkanmu tinggal untuk memulihkan tubuhmu. Tengah malam seperti ini, kamu malah diam– diam masuk ke kastel utama, bahkan mencoba memanjat tembok untuk masuk ke ruang kerjaku. Apa kamu tahu bahwa ini namanya cari mati?”

“Maaf.” Mina menunduk dan minta maaf dengan panik, “Maaf sudah menyinggung Tuan. Kalau Upstodatee from Novel(D)ra/m/a.O(r)g

mohon agar Tuan Anda mau membunuh saya, saya tidak akan membantah. Hanya saja, saya mohon menyelamatkan Pangeran Willy.”

“Sepengetahuanku, sepertinya kamu bukan bawahan Willy.” Lorenzo bersandar di kursinya, sambil menatap Mina dengan dingin, “FBI tidak bisa dimasuki oleh sembarang orang. Seharusnya kamu menghargai masa depanmu dengan baik.”

“Saya bisa seperti hari ini, semuanya berkat bimbingan Pangeran Willy.” Mina berkata sambil menunduk, “Selain itu, nyawa saya diselamatkan oleh Pangeran. Jadi, saya bersedia melakukan hal apa pun untuknya.”

“Benar–benar perasaan bodoh.” Lorenzo menatap Dewi dengan penuh makna.

Dewi sangat tersentuh oleh perkataan Mina. Dia terus menatap Mina, sama sekali tidak memedulikan tatapan mata Lorenzo.

“Tuan, sekarang hanya Anda yang bisa menyelamatkan Pangeran Willy. Saya mohon….”

“Dia bahkan tidak bisa membujukku.” Lorenzo memotong perkataan Mina, lalu berkata dengan dingin, “Kamu mengira kemampuan apa yang kamu punya untuk membujukku?”

Untuk sesaat, Mina tak bisa berkata–kata.

Dewi langsung emosi, dia berkata dengan marah, “Lorenzo, kamu ….”

“Sudallah.” Lorenzo sama sekali tidak ingin mendengar perkataan mereka lagi, “Aku mau lanjut kerja/Bawa mereka turun.”

“Baik.” Jasper berjalan masuk, lalu membuat gerakan mempersilakan, “Nona Dewi, silakan!”


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.