Bab 2090
Bab 2090
Bab 2090 Membalikkan Keadaan
“Ternyata begitu.” Robin baru paham, “Pangeran benar–benar bijaksana, hanya saja aku merasa Nona Dewi orang yang memahami kebenaran dan tak akan menyalahkan orang lain. Mereka yang mencelakaimu, siapa yang tak akan menyerang balik?”
“Memang benar, tapi setiap orang selalu bersimpati pada yang lemah, terutama seorang dokter.” Pangeran Willy sangat yakin, “Sekarang Dewi berpihak padaku, ke depannya kalau ia melihat ratapan dan tangisan sepupu–sepupu itu, hatinya juga akan goyah….”
Ketika membicarakan ini, Pangeran Willy tersenyum pahit, “Sama seperti kakekku yang kukasihi itu, memangnya ia tidak tahu bagaimana ayah dan ibuku mati?
la tahu.
Hanya saja, ketika para sepupu memohon dengan tangisan dan pilu, ia teringat darah dagingnya sendiri, jadi tak tega menghukum mereka.
Bagaimanapun, orang mati tak akan kembali hidup, tapi yang hidup masih tetap dapat melanjutkan hidupnya. NôvelDrama.Org © 2024.
Konyol, ‘kan?
Ini adalah sifat manusia!”
Pangeran Willy memandang ke luar jendela, langit penuh bintang, banyak pikiran tersirat di dalam matanya….
Seolah sedang teringat sesuatu, sangat menyedihkan.
Tetapi dengan cepat, kesedihan itu tergantikan dengan tatapan kebencian yang dingin.
Dua puluh tahun berlalu. Ketika ia berumur lima tahun, ia didorong dari kuda oleh kakak sepupunya. Setelah terluka dan menjadi lumpuh karena diinjak oleh kuda itu, ia tak sengaja mendengar bahwa semua itu adalah sebuah konspirasi…..
Demi menghancurkan harapan terakhir dari anak tertua keluarga kerajaan, maka harus memutuskan akar utamanya, yaitu dengan membunuhnya.
Tapi, ia beruntung tak mati, hanya berubah menjadi orang cacat.
Orang–orang itu pun membiarkannya hidup karena ini ….
Tapi, sejak hari itu, misi hidup Willy adalah: Balas dendam!!!
Pangeran Willy yang selalu merendahkan diri, sengaja mengungkapkan ke dunia luar bahwa grup yang ia dirikan masuk dalam daftar perusahaan terkemuka. Ini membuat keluarganya yang lain
merasa terancam.
Kemudian, di masa penundaan pengobatannya, ia sengaja kembali ke Denmark untuk berziarah ke makam orang tuanya.
Dengan tujuan agar orang–orang itu bertindak.
Tapi, karena kepulangan Pangeran Willy kali ini, ia juga bertemu dengan Yang Mulia yang sudah
lama tak ia temui.
Yang Mulia tahu grup yang ia dirikan mendapatkan pencapaian tinggi. Ia juga turut senang, serta mengisyaratkan kepada keluarga lain dan saudara sepupu lainnya untuk hidup harmonis.
Makanya, mereka tak berani bertindak secara langsung, hanya berani meracuni diam–diam….
Ini malah memberikan peluang baik untuk membalikkan keadaan bagi Pangeran Willy!
Bagaimanapun, ia punya Dewi, kartu AS di tangannya!
“Pangeran tenang saja, aku akan menyelesaikan tugas ini.”
Robin tumbuh besar bersama ayah Willy. Ia menyaksikan naik turunnya keluarga mereka, juga menyaksikan bagaimana Pangeran Willy berusaha selangkah demi selangkah hingga sekarang.
Benar–benar sangat sulit….
la tulus berharap Willy dapat balas dendam!
Pangeran Willy mendorong kursi rodanya ke samping jendela, memicingkan mata memandang arah luar, “Mereka pasti sedang mengawasi kita dari luar. Kalau kamu keluar sekarang, takutnya sebelum tiba di istana kerajaan, kamu sudah terbunuh duluan.”
“Nyawaku diberikan oleh Yang Mulia Wilbert (ayah Willy). Aku bersedia mati, asal dapat membantu Pangeran balas dendam!”
Robin telah mengabdikan seluruh hidupnya disini.
“Kamu tidak akan mati. Kalau kamu mati, siapa yang akan membantuku?” Pangeran Willy berpikir, lalu mengeluarkan ponsel mencari nomor telepon, “Sekarang aku akan telepon Yang Mulia, ia akan mengutus Pak Franky kemari untuk menjemputmu.”
“Yang Mulia akan setuju?” Robin agak gelisah.
“Sejak aku menjadi cacat di umur lima tahun hingga sekarang. Selama dua puluh tahum, aku selalu dihina, aku tak pernah meminta apa pun padanya.”
Bahkan aku tak mengucapkan sepatah kata pun tentang mereka, sekarang aku hanya ingin kamu menggantikanku bertemu dengannya. Hal sederhana seperti ini, ia pasti setuju.”
Pangeran Willy sangat yakin.
“Menggunakan hal sepenting ini untuk diriku, apa tak terlalu sia–sia?” Robin bertanya dengan
cepat.
“Aku sudah bilang, kemenangan dan kekalahan tergantung pada hal ini. Sedangkan kamu adalah kunci dari kemenanganku. Aku harus menjamin keselamatanmu.”
Pangeran Willy lekas menelepon Yang Mulia.
Dengan cepat, Yang Mulia menjawab telepon. Ia tampak terkejut, namun senang, “Willy? Sudah lama kamu tidak telepon Kakek.”