Bab 2079
Bab 2079
Bab 2079 Eksperimen
Hari–hari berikutnya, sama seperti sebelumnya sibuk, padar, tenang.
Sejak Denny meninggal, Dewi sudah sangat aman. Jeff bersama Sonny dan yang lainnya menjaga panti asuhan, membuka kembali panti asuhannya, baru kembali ke Kota Snowy.
Setelah melakukan konseling psikologis selama sebulan, anak–anak di panti asuhan sudah kembali pulih seperti sebelumnya. Sekarang mereka sudah kembali ke panti asuhan, mulai hidup normal kembali….
Setiap hari. Dewi mengunjungi mereka. Melihat mereka sudah tersenyum lebar, barulah dia tenang. Dia mulai meneliti rencana pengobatan Pangeran Willy dan mengembangkan senjata dan obat–obatan rahasia.
Sebelumnya, Bibi Lauren sudah mengingatkannya berkali–kali, tapi dia terlalu banyak berpikir dan selalu tidak mengambil tindakan.
Namun, setelah kejadian penyerangan Denny waktu itu, dia pun menyadari akan pentingnya hal ini. Meski dia punya sedikit keahlian, dia yang biasanya bisa menghadapi beberapa orang, tapi saat bertemu dengan pembunuh profesional seperti ini, dirinya pun tidak nampu menghadapinya.
Memanggil binatang buas tidak bisa sembarangan, di waktu biasa seperti ini, sama sekali tidak bisa ia gunakan. Jika dia tidak punya kemampuan lain, dia akan sangat sulit melindungi anak- anak di panti asuhan….
Waktu itu, saat dia menghentikan pendarahan Brandon, tanpa sengaja dia menyadari, bubuk yang dapat terbakar sendiri yang dia teliti, bermanfaat di waktu yang tepat. Jika tidak, akibatnya sungguh tidak bisa dibayangkan.
Jadi, sekarang Dewi sudah tahu pentingnya mengembangkan senjata dan obat–obatan rahasia.
Untungnya hal–hal ini sangat mudah baginya, seperti membalikkan telapak tangan. Saat ini, dia sudah punya banyak penemuan baru, hanya saja belum ada kesempatan untuk mencobanya…
Di hari itu, Brandon sedang minum sup ayam di kamar, tiba–tiba terdengar suara yang keras dari kamar belakang, dia terkejut, buru–buru ke sana dengan tongkatnya, “Dewi, Dewi…”
“Nona Dewi….” Kelly juga berlari keluar dengan panik.
Di laboratorium penuh asap tebal, di sudut juga ada api yang menyala. Brandon membuka pintu dan ingin masuk, tapi malah terhalang oleh api yang menyala….
la sangat panik, buru–buru minta Kelly untuk lapor polisi.
Di saat ini, ada sebuah bayangan mungil yang keluar dari laboratorium, wajahnya hitam terkena asap, hanya terlihat sepasang mata yang cerah dan terang, rambutnya pun berdiri ke atas….
“Kekuatan bom gula kapas ini ternyata sangat besar. Untung saja aku pakai baju anti peluru
buatanku.”
“…” Brandon tertegun. “Ada apa ini?”
“Nona Dewi sedang melakukan percobaan pada eksperimen terbarumu?” Kelly bisa menebaknya, “Nona tidak apa–apa, ‘kan?”
“Tidak apa–apa.” Dewi menghela napas panjang. “Siapkan air, aku mau mandi.”
“Baik, aku siapkan sekarang.” Kelly buru–buru pergi menyiapkan air.
“Jangan masuk, di dalam ada racun.” Dewi menutup pintu laboratorium.
“Kamu ini sungguh bertolak belakang.” Sekarang Brandon sudah mengerti, “Memakai senjata rahasiamu untuk mencoba baju anti peluru buatanmu sendiri. Mana yang lebih hebat?”
“Baju anti peluru.” Dewi menepuk–nepuk baju anti peluru di badannya, “Anti pisau dan peluru, juga anti api.”
“Aku rasa, bom itu juga lumayan hebat, bisa mengacaukan semuanya.” Brandon mengikutinya di belakang, “Kalau ada kesempatan, ajari aku juga. Kalau lain kali bertemu bahaya, aku bisa melindungi diri.”
“Aku coba dulu.” Dewi melambaikan tangannya, “Kalau ini di salah gunakan, akan menimbulkan masalah besar.” Upstodatee from Novel(D)ra/m/a.O(r)g
“Kalau begitu, kamu harus hati–hati.” Brandon menatapnya dengan tidak tenang.
Dewi naik untuk mandi. Dia membersihkan dirinya, satu jam lebih baru selesai. Dia bercermin, poni depannya terbakar hingga gosong.
Kepalanya yang sebelumnya digunduli karena operasi, sekarang sudah tumbuh rambut. Meski masih pendek, tapi sudah terlihat lebih baik. Lebih terlihat seperti perempuan ketimbang saat
botak.
Setelah itu, dia siap–siap untuk makan malam, lalu mulai membaca buku tentang medis untuk membuat penelitian resep pengobatan Willy. Baru saja dia berbaring di sofa, Lorenzo melakukan panggilan video
Dewi buru–buru menjawab teleponnya, “Hai, Bajingan!”
“Bisakah memanggil dengan panggilan yang lebih baik?”
Lorenzo duduk di depan meja kerja dengan memakai kacamata berbingkai perak, dengan sikap elegan, dia meletakkan dokumen yang ada ditangannya, fokus menikmati teh dan berbincang dengan Dewi.
“Panggilan ini sangat cocok denganmu.” Dewi tertawa kecil melihatnya, “Hari ini kamu selesai
lebih awal?‘
Bab 2080 Menggoda