Bab 2070
Bab 2070
Bab 2070 Cepat Bersihkan
Operasi ini membutuhkan akurasi yang sangat tinggi, sehingga sulit bagi dokter lain untuk melakukannya dengan baik meski telah mengerahkan seluruh kemampuannya.
Namun, Dewi saat ini sedang terluka parah. Ja bahkan tidak dapat mengangkat tangan kanannya, sehingga hanya dapat menggunakan tangan kirinya untuk memegang pisau bedah. Ketika perawat menyerahkan pisau bedah itu padanya, Dewi tidak memegangnya dengan kuat dan menjatuhkannya ke lantai.
Para perawat yang berdiri di sampingnya pun tercengang menatapnya.
Mark sebagai dokter penanggung jawab pasien, bergegas mengingatkan. “Nona Dewi, nyawa seseorang bukan sebuah permainan.”
“Aku tidak pernah bermain–main dengan nyawa seseorang.” Dewi mengambil pisau bedah itu lagi. “Mulai!”
“Baik.”
Para dokter pun tidak berani mengatakan apa–apa lagi. Mereka bersama dengannya bekerja sekuat tenaga.
Anehnya, meskipun Dewi terluka seperti ini, namun ketika operasi itu dimulai, seluruh pembawaannya berubah. Ia terlihat begitu fokus dan penuh percaya diri ….
Terlebih lagi, ia melakukan pembedahan itu dengan begitu stabil, tanpa ada keraguan sedikit pun.
Beberapa dokter lainnya merasa begitu tegang, terutama karena peluru itu tertancap di organ bagian dalam yang juga melibatkan aorta. Jika mereka tidak berhati–hati, nyawa pasien akan terancam
bahaya….
Namun, Dewi mengeluarkan pelurunya dengan cepat dan akurat, lalu melanjutkan ke tahap berikutnya….
Tiga jam pun berlalu.
Lorenzo sedang duduk di atas sofa di kamar rawat Dewi. la sedang membalas sebuah email ketika Jasper tiba–tiba masuk dengan tergesa–gesa dan melaporkan, “Tuan, operasinya sudah selesai. Semuanya berjalan lancar!”
“Ya,” Lorenzo menjawab ringan.
“Semua dokter di sana tak henti–hentinya memuji keahlian medis Nona Dewi, menyanjung kehebatannya yang begitu luar biasa!” Jasper bersemangat, “Nona Dewi memang hebat, luar
biasa!!”
“Siapakan pesawat pribadi untuk kembali ke Kota Snowy malam ini,” Lorenzo menatap jam
tangannya.
“Malam ini?” Jasper sedikit terkejut, “Tapi, Nona Dewi….”
“Tentu saja ikut dengan kita,” Lorenzo berkata tegas, “Sebelum jam delapan terbang” “Baik,” Jasper tidak berani bertanya lebih banyak lagi, dan segera melaksanakan perintahnya. Lorenzo kembali membaca dokumennya. Tak lama kemudian, Kelly mendorong Dewi di atas kursi roda kembali ke kamar pasien, diikuti dengan beberapa perawat wanita di belakangnya.
Setelah memasuki ruangan, sekelompok orang itu dengan hormat menyapa Lorenzo, “Tuan!”
“Apa operasinya sudah selesai?” Lorenzo menatap Dewi.
“Iya,” Dewi terlihat lelah, “Aku ingin mandi.”
“Nona Dewi, tubuhmu terluka, tidak boleh kena air. Aku akan membantu mengelap tubuhmu.”
Kelly memberi isyarat, dan kedua perawat wanita bergegas menyiapkan air hangat.
“Keluar,” perintah Lorenzo. NôvelDrama.Org: owner of this content.
“Baik,” para perawat pun menundukkan kepala mereka dan bergegas pergi.
“Kenapa menyuruh mereka keluar?” tanya Dewi sambil mengernyitkan alisnya.
“Hanya mengelap badan saja, ‘kan? Aku sendiri juga bisa.”
Lorenzo menggendong Dewi ke atas sofa, dan mengulurkan tangannya, hendak membuka pakaian Dewi….
“Jangan,” tanpa terasa Dewi melangkah mundur, “Sebaiknya mereka saja yang melakukannya.”
“Aku juga bukan tidak pernah melihatnya,” Lorenzo melepaskan mantel Dewi, lalu mulai membuka kancing bajunya, “Jangan bergerak. Kalau sampai mengenai lukamu, aku tidak akan tanggung jawab.”
Dewi sedikit gugup, namun tidak berani bergerak sembarangan.
Lorenzo menggerutu sambil membuka kancingnya, “Kenapa kancingnya banyak sekali, benar- benar merepotkan.”
Dewi memutar matanya. Lorenzo yang awalnya duduk di atas sofa, sekarang mau tak mau harus bangkit berdiri. Tubuhnya membungkus Dewi seperti seekor binatang buas yang besar.
Setelah begitu lama tidak bertemu, sekarang jarak antara keduanya begitu dekat. Tiba–tiba, terasa hawa yang mencurigakan
Lorenzo menatapnya, pandangannya perlahan–lahan berubah misterius. Kemudian, wajah tampannya semakin mendekat
Dewi mematung di tempat dan menalian napasnya. Ia menatap Lorenzo dengan gugup, “Kamu, kamu mau apa…..
Sebelum ucapannya selesai, Lorenzo langsung menciumnya.
Dewi pun terpana. Matanya membelalak lebar. Tangannya terulur ingin mendorong, Lorenzo, namun Lorenzo sudah melangkah mundur….
“Ada aroma disinfektan!”
Pria ini, masih berani–beraninya memasang ekspresi jijik.
“Kamu….” wajah Dewi memerah menahan amarah, “Aku baru saja keluar dari ruang operasi.”
“Ayo, cepat bersihkan.” Lorenzo kembali melepaskan pakaian Dewi…
Tiga Harta: Ayah Misterius…