Bab 2058
Bab 2058
Bab 2058 Sebelum Berpisah All text © NôvelD(r)a'ma.Org.
“Hm.” Bibi Lauren memberi pesan. “Yayasan harus dipilih dengan matang, tidak boleh ceroboh. Kali ini, kami harus pergi sama–sama, saat kami tidak ada, kamu harus jaga dirimu baik–baik,”
“Oke, paham.”
Tanpa pikir panjang, Dewi yang sangat ceroboh bertanya, “Kapan kalian kembali?”
“Sekarang masih belum tahu,” Bibi Lauren mengalihkan perhatian, “Kali ini, kami harus menghubungi belasan yayasan, butuh waktu.”
“Baiklah,” Dewi mengangguk, “Bagaimanapun,
kesehatan Lessi juga sudah jauh membaik, kaliang di panti asuhan tidak ada masalah,
tidak perlu khawatir.”
“Dewi….” Awalnya, ada banyak hal yang ingin Bibi Lauren katakan, tapi saat seperti ini, dia tidak tahu harus mulai dari mana, dan akhirnya berkata, “Jangan lupa besok telepon Lorenzo, bicarakan baik– baik.”
“Tidak akan kutelepon, sudah tidak harmonis lagi,” Dewi menceritakan kejadian malam ini pada Bibi Lauren dan menambahkan, “Dia benar–benar tidak masuk akal, aku bahkan belum sempat jelaskan, dia sudah marah dan menutup teleponku, mengesalkan sekali!”
“Bukankah dulu kamu juga seperti ini?” Bibi Lauren balik bertanya, “Begitu dengar suara wanita di telepon, kamu langsung memarahinya dan menutup telepon, langsung naik pesawat dari Kota Bunaken ke Swedoland. Orang lain tidak bisa menandingi emosionalmu!”
“Eh….” Dewi tiba–tiba kehabisan kata–kata.
“Apa sekarang kamu tahu bagaimana rasanya?” Bibi Lauren tersenyum, “Kamu tahu bahwa kamu dan Pangeran Willy hanya makan sup biji teratai bersama dan ngobrol, kamu merasa jelas dan transparan, tapi bagaimana kamu tahu Lorenzo dan Juliana tidak transparan?”
“Itu beda, Juliana menyukainya dan ingin menikah dengannya.” Dewi buru–buru menjelaskan, “Willy, dia….”
“Bagaimana kamu tahu Pangeran Willy tidak menyukaimu?” Bibi Lauren balik bertanya, “Kalau dia tidak menyukaimu, kenapa tengah malam dia mengantarkan sup biji teratai? Membuatkan camilan dan memetik bunga untukmu setiap hari???”
Dewi dibuat kehabisan kata–kata oleh Bibi Lauren.
“Dewi, dalam hidup jangan punya pemikiran sempit seperti ini.” Bibi Lauren mengkritik, “Pikirkanlah baik–baik, kalau Lorenzo benar–benar punya hubungan dengan wanita itu, kenapa dia harus mengangkat teleponmu waktu itu? Dia tidak harus mengangkatnya sama sekali. Bisa bilang sedang sibuk atau tidak dengar, ‘kan?
Kalau seorang pria benar–benar berniat untuk selingkuh, dia tidak akan membiarkanmu mengetahuinya dengan mudah. Kamu bisa menemukannya semudah ini, bukan salah paham,
tapi jebakan dari orang lain, seperti yang terjadi padamu malam ini.”
“Maksudnya?” Dewi agak bingung, tapi segera mengerti, “Bibi, maksudmu adalah Juliana sengaja menimbulkan kesalahpahaman dan membuatku marah? Dan juga, Bibi merasa Willy juga ….
“Ini hanya dugaanku,” kata Bibi Lauren, “Tapi, kamu sebaiknya berempati dan berpikir dari sudut pandang orang lain. Kamu boleh salah paham pada Lorenzo dan menutup teleponnya, kenapa orang
lain tidak boleh salah paham denganmu dan menutup teleponmu?”
“Ini….” Dewi kehabisan kata–kata.
“Kamu berdua sama–sama pertama kali pacaran, belum berpengalaman, jadi sering kali terlihat kekanak–kanakan, tapi jika ingin hidup bersama, maka harus menghargainya baik–baik. Kalau ada perselisihan atau kesalahpahaman, segera komunikasikan dan jangan dipendam….”
Bibi masih sedang menjelaskan secara logika kepada Dewi.
Dewi dengan serius mendengarkan, tapi setelah beberapa saat tidak terdengar suara lagi.
“Dewi, Dewi ……..
Η
Bibi Lauren meraih wajah Dewi dan menemukan dia sudah tertidur, lalu dia menghela napas, “Anak ini, tidak punya perasaan!”
Saat ini, Dewi tidak tahu bahwa ini adalah pesan Bibi Lauren sebelum dia pergi jauh….
Dia mengira mereka hanya pergi beberapa hari, lalu akan kembali dalam waktu sepuluh hari atau setengah bulan, seperti biasanya.
Tapi dia tidak menyangka, perpisahan ini akan bertahun–tahun lamanya….