Tiga Harta Ayah Misterius Ternyata Seorang Bos Besar

Bab 2047



Bab 2047

Bab 2047 Seekor Anjing

Hidup sibuk tapi memuaskan, semuanya berjalan dengan lancar ….

Kecuali perihal Lorenzo.

Sudah tujuh hari, dia masih belum menghubungi Dewi.

Tidak ada satu pun panggilan telepon maupun pesan teks.

Bahkan Jasper juga tidak menghubunginya.

Setiap hari sebelum tidur, Dewi akan melihat ponselnya berulang kali, bahkan membuka daftar blokir untuk melihat apakah dia melakukan kesalahan, lupa mengeluarkan nomor Lorenzo dari daftar, bahkan juga mencurigai apakah ada yang salah dengan ponselnya….

Tapi, semua ini adalah ilusinya.

Lorenzo tidak menghubunginya, karena dia tidak mau.

Tidak ada alasan lain!

Dewi secara tidak sengaja melihat sebuah kalimat di internet, “Sebenarnya dia tidak terlalu mencintaimu….”

Ya, mungkin kalimat itu adalah kalimat yang paling tepat untuk menjelaskan kisah mereka.

Memikirkan hal itu. Dewi merasa sedih seketika …..

Dia mengingatkan dirinya berulang kali, jangan memedulikan bajingan itu, anggap saja itu sebagai mimpi….

Bagaimanapun juga, dari awal dia selalu ingin melarikan diri dan menghindarinya, sekarang keinginannya terkabulkan, tidak ada yang perlu disesali.

Begitu saja, berakhir sudah!!

Dewi mengubah nama Lorenzo di kontaknya menjadi ‘Sudah Berakhir, lalu mengubah gambar profilnya menjadi anjing yang sedang memakan kotoran!!!

Dia jarang–jarang bisa menemukan gambar ini setelah mencari di Internet begitu lama, gambarnya sangat sesuai!!

Setiap kali melihat nama itu dan gambar itu….

Awalnya dia merasa marah, lalu lega, dan kemudian dia mengutuk dalam hatinya, ‘Lorenzo, makan kotoran saja kamu!!!

Kasar dan vulgar….

Siapa suruh dia adalah Dewi.

Dewi menarik napas dalam–dalam beberapa kali, dan mengepalkan tinjunya untuk menghibur. dirinya sendiri. ‘Dewi, ayo bangkit kembali, mulai hari ini, lupakan laki–laki bajingan itu, dan mulailah dari awal!‘

Dia meneriakkan slogan itu dalam pikirannya, kemudian pada saat itu, ponselnya berdering….

Nama: Sudah Berakhir

Gambar profil: Seekor anjing yang sedang makan kotoran, muncul di layar!

Dewi tertegun sejenak, dia curiga bahwa dirinya salah melihat. Setelah beberapa saat, dia sadar dari lamunannya dan menjawab teleponnya sambil berpura–pura bersikap dingin, “Halo, siapa ini?”

“Kamu hapus nomor teleponku?”

Sebelum menelepon, Lorenzo terus mengingatkan dirinya untuk tenang, harus mengendalikan emosinya, harus bersikap dewasa dan berwibawa…..

Tetapi ketika dia mendengar suaranya, dia tidak bisa menahan amarahnya.

“???” Dewi sengaja berpura–pura bersikap sangat asing, “Oh, Tuan L, ada apa?”

“D–E–W–I!!!”

Amarah besar Lorenzo hampir tak terkendali.

“Kalau tidak ada urusan, aku matikan teleponnya ya.” Dewi sengaja mengancamnya.

“Kamu berani menutup teleponnya??” Lorenzo rasanya sudah mau gila karena marah, “Kamu wanita sialan, baru beberapa hari sudah melupakan suamimu, apa kamu mau mati???

Aku susah payah akhirnya selesai mengurus pekerjaanku dan meneleponmu, kamu memperlakukanku seperti ini? Kamu minta maaf sekarang juga padaku, mungkin aku bisa mempertimbangkan untuk memaafkanmu, kalau tidak….‘

Pihak lain tetap diam tanpa suara.

Lorenzo mengangkat ponselnya untuk melihat, ternyata panggilan sudah lama dimatikan, dia malah tidak mengetahuinya.

Dia marah–marah tadi, ternyata sia–sia, buang air liur saja!

Lorenzo sangat marah hingga memegangi dadanya, dia dulunya adalah orang yang begitu tenang dan tidak mudah emosi, tetapi sekarang dia dibuat marah oleh wanita sialan itu hingga mengamuk setiap hari…..

“Ugh…”

Jasper menatapnya dengan lemah dan bersiap untuk menyelinap keluar.

“Berhenti.” Lorenzo mulai mengalihkan ainarahnya lagi, “Kenapa tadi kamu tidak menghentikanku???”

“Aku, aku tidak berani….”

“Kamu tidak berani kenapa? Kamu saja berani membujukku untuk meneleponnya, bahkan semena– menanya mengatur pesawat pribadi ke Swedoland. Apa ada yang tidak berani kamnu lakukan??”

Lorenzo rasanya sudah mau gila karena marah.

“Hah???” Jasper hampir tercengang, “Bukankah Tuan yang bertanya padaku, apa harus menelepon Nona Dewi? Aku bilang, coba saja telepon, dan Tuan juga yang memintaku untuk mengatur pesawat pribadi ….”

Dia belum selesai bicara sudah bertatapan dengan tatapan ganas Lorenzo, kemudian dia segera mengubah kata–katanya, “Akulah yang sembarang membuat keputusan sendiri, aku pantas mati!”NôvelDrama.Org © content.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.