Bab 310
Bab 310
Ruang Untukmu
Bab 310
“Sckalipun kita membuai Romi berpihak kepada kita? Apa keuntungan yang bis akita miliki.”
Lagi pula, Elsa belum menguasai seni perencanaan ke depan di usia yang begitu muda.
“Tentu saja, keberadaan Romi di pihak kita lebih baik daripada dia membantu Tasya. Mengingat dia datang untuk mencarimu sekarang, kamu harus menggunakan kesempatan ini untuk merayunya. Dia akan menjadi kesempatan terbaik kita untuk merebut saham perusahaan avahmu.”
Sambil menggigit bibirnya, Elsa menjawab dengan enggan, “Baiklah. Aku akan melakukannya.”
Setelah menerima telepon dari Romi, Elsa berpura–pura mabuk dan berjalan keluar dalam keadaan mabuk setengah jam kemudian. Ketika dia sampai di pintu masuk bar, wanita itu berpura–pura tersandung dan langsung terjatuh ke pelukan Romi, tangannya memeluk pria itu secara bersamaan.
“Pak Romi, terima kasih sudah menjemput saya! Saya pusing sekali!”
“Apa Anda baik–baik saja, Nona Elsa?” tanya si pria sambil membantunya berdiri.
Meskipun begitu, pria itu sama sekali tidak punya niat lain kepada Elsa. Bagaimanapun, Tasya itu wanita yang disukainya sekaligus orang yang pada akhirnya akan mengambil alih Perusahaan Konstruksi Merian. Elsa merasakan kalau Romi tidak mencuri kesempatan darinya dengan cara apa pun dan wanita itu merasa tidak puas. Dia membatin, ‘Apa aku tidak cukup menarik?‘
“Apa Anda bisa mengirim saya ke hotel terdekat, Pak Romi?”
“Nona Elsa, saya akan mengirim Anda pulang.”
“Tidak, saya tidak akan pulang. Saya sudah memesan kamar hotel. Tolong antar saya ke sana!” seru Elsa yang memutuskan untuk memenangkan Romi malam ini.
Dengan begitu, Romi tidak punya pilihan selain mengantar Elsa ke hotel terdekat. Tepat setelah mereka memasuki ruangan, wanita itu kembali berinisiatif untuk memeluk si pria dengan mengaku pusing.
“Nona Elsa, tolong jangan bertingkah begini,” kata Romi yang ambisius mengatakan jelas tentang apa yang diam au dan itu menyebabkan si pria tidak kehilangan kendali saat ini.
Selain itu, Romi menyukai Tasya dan Elsa sama sekali tidak menarik baginya.
“Kenapa Pak Romi? Apa saya tidak terlihat cantik di mata Anda? Apa Anda tidak menyukai saya?” Elsa bertanya tatkala matanya menyipit dengan tangannya melingkari pinggang pria itu.
Tatapan wanita itu sangat menggoda.
STEWAR
“Saya minta maaf, Nona Elsa. Saya sudah memiliki seseorang di hati saya,” kata si pria yang mendorongnya pergi dengan tenang, tidak mau menyinggung perasaannya, tetapi juga tidak mau terlalu dekat dengannya.
“Siapa itu?” tanya Elsa, bibit micranya membentuk cemberut, dan menatap pria itu dari matanya vang kabur. Di saat yang sama, dia mencoba untuk mendekat. Material © NôvelDrama.Org.
Romu langsung menjawab, “Saudara Anda, Tasya.”
Itu segera membuat Elsa tersadar dari mabuknya. Mata wanita itu dipenuhi dengan kebencian saat dia mendengus. Dengan matanya yang penuh dengan kebencian, dia mendengus, “Anda menyukai:ya? Memangnya dia lebih baik dari saya dalam hal apa?”
Kesempatan itu dimanfaatkan Romi untuk melepaskan diri dari cengkeraman Elsa dan berkata, “Maaf. Selamat istirahat, Nona Elsa.”
Tepat setelah dia menyelesaikan kata–katanya, pria itu membuka pintunya dan pergi.
“Pak Romi...” Elsa panik dan berteriak, tetapi si pria mengabaikannya dan pergi tanpa ragu–ragu.
Melihat itu, Elsa merosot ke sofa dengan frustrasi. Wanita itu mengira Romi akan mudah ditaklukkan, tetapi ternyata dia sudah terlanjur terpikat dengan Tasya. Kemudian, Elsa menelepon ibunya dan menceritakan apa yang baru saja terjadi. Tentu saja, Pingkan tidak akan menegur Elsa karena tidak berguna dan malah mengatakan kepadanya kalau Tasya jauh lebih licik daripada mereka serta kalau Tasya sudah membuat orang–orang di sekitar Frans berpihak kepadanya. Meskipun begitu, wanita tua itu menolak membiarkan Elsa menyerah.
Jika semuanya benar–benar sudah mencapai titik di mana Tasya akan mengambil alih perusahaan, Pingkan pasti akan menggunakan caranya sendiri untuk merebutnya. Wanita tua itu udak akan membiarkan Tasya atau putranya Tasya mendapatkan keuntungan sebesar itu.
Sementara itu, saat Jodi tertidur, Tasya duduk di depan mejanya di depan tempat tidurnya dan meringkuk di bawah mantelnya untuk menggambar sketsa desainnya malam itu. Suasanya sama sekali hening di luar jendela dengan perasaan kalau musim hujan akan segera tiba.
Di sisi lain, pikirannya berpacu dengan berbagai macam ide di malam yang dingin dan sunyi itu. Alhasil, gambar bintang yang berserakan muncul di kertas sketsanya. Kalung yang dia pikirkan yang sekarang dia gambar di kertas sketsa seperti galaksi Bima Sakti karena dikelilingi oleh bintang–bintang bersinar yang berkilauan di langit yang gelap. Berkat keterampilan menggambarnya yang luar biasa, sketsa desainnya proporsional. Wanita itu sudah menciptakan
satu set perhiasan berdasarkan konsep malam berbintang dalam waktu singkat.
Wanita itu baru kembali tersadar setelah dia menyelesaikan sketsa terakhirnya dan saat dia melihatnya, dia kegirangan. Akhirnya, sketsa pertama desainnya untuk kompetisi mendatang
sudah selesai. Tasya merasa sangat lelah sampai–sampai dia langsung sehingga dia langsung pergi tidur setelah menyelesaikan sketsanya.
Keesokan paginya. Tepat ketika dia akan pergi ke perusahaannya setelah mengirim Jodi, dia menerima telepon dari Frans, “Halo Ayah.”
“Mampirlah ke perusahaan Ayah, Tasya. Ada rapat penung hari ini yang Ayah mau kamu ikut juga.”
“Rapat apa itu?” tanya si wanita dengan keheranan
Next Chapter