Bab 294
Bab 294
Ruang Untukmu
Bab 294
Tasya mengeklik gambar yang juga menyematkan video di bawah gambar itu. Pria yang ditangkap itu sudah jelas Lukman, preman yang dahulunya sangat sombong. Begitu dia ditangkap sekarang. wanita itu tidak perlu terus-menerus merasa kahwatir mengenai keamanan dirinya dan Frans lagi. Terlebih lagi, kejahatan Lukman yang menghilangkan 2 nyawa orang dengan tangannya sangat mengerikan sehingga Lukman mungkin tidak akan bisa keluar dari penjara seumur hidupnya.
Si wanita segera menelepon ayahnya dan memberi tahu kabar baik itu. Ayahnya kebetulan baru saja melihat berita yang sama dan bersorak, “Iya! Apa yang sudah dia lakukan kembali lagi kepadanya!”
“Ayah, kalau begitu, aku mungkin akan pulang dan tinggal di sana selama dua hari ke depan,” kata Tasya memberi tahu Frans.
“Kenapa kamu tidak tinggal lebih lama di rumah Tuan Muda Elan?” tanya pria tua itu.
“Aku tidak cukup masa bodoh untuk terus tinggal di sini, Ayah. Aku akan membawa Jodi pulang,” balas si wanita yang selalu menjadi seseorang yang tidak suka merepotkan orang lain.
“Baiklah! Pindahlah ke sini bersama Jodi, kalau begitu. Akan lebih enak kalau kamu di rumah! Aku aan mengunjungi si Jodi kecil dalam 2 hari ini.”
“Baiklah!” balas Tasya sebelum mengakhiri panggilannya.
Wanita itu membatin, Aku harus memberi tahu ini kepada Elan malam ini.’
Di sisi lain, ini pertama kalinya Elsa mengunjungi vila Helen. Begitu Elsa melihat vila mewah yang berdiri sendiri ini, wanita itu sangat terkejut sampai-sampai dia hampir merasa iri. Rasanya seperti
seseorang yang baru pertama kali melihat kota besar setelah seumur hidup menjalani hidup di desa. Lalu. Elsa mulai berjalan di sekitar vila dan masuk ke ruang ganti serta kamar tidur utama.
“Helen, kamu sangat beruntung!” serunya.
Elsa lalu melanjutkan, “Keluarga Prapanca sudah memberimu kehidupan yang sangat makmur. Kamu bisa menghabiskan seumur hidupmu dengan menikmati kekayaan dan kemakmuran ini.”
“Ayo pergi! Aku sudah menyiapkan 2 hadiah bagimu. Elsa, aku mau kamu mengurus Tasya mulai sekarang. Aku akan membagikan barang bagus apa pun yang kumiliki denganmu,” kata Helen sambil mencoba mendapatkan dukungan dari Elsa.
Sebagai gantinya, Elsa bersenandung mengiakan, “Baiklah! Aku pasti akan membantumu mengurus Tasya. Dia kebetulan orang yang paling dibenci ibuku dan aku.”
Elsa lebih dari mau untuk mengatasi Tasya. Dengan bantuan Helen, kesempatannya untuk mendapatkan property sang ayah akan lebih besar ke depannya. Helen lalu memberinya 2 buah perhiasan yang tidak terlalu dia sukai, tetapi Elsa sudah merasa sangat gembira menerima hadiah itu. Kedua wanita ini mulai mengobrol tentang tadi malam tatkala mereka menikmati teh sore. Mata Helen dipenuhi dengan kebencian saat mereka berbicara. Elan setidaknya dahulu bersabar dan memperhatikannya sampai pada batas tertentu. Akan tetapi, sejak Tasya merayunya, hati si
pria benar-benar sudah terambil…
“Helen, aku punya pertanyaan. Siapa sebenarnya pria yang tidur dengan Tasya waktu itu kita bisa menemukannya dan menyuruhnya merebut putra Tasya!” usul Elsa yang juga memikirkan hal ini.
Helen mengerutkan kening setelah mendengar saramnya dan berkata, “Jangan membicarakan itu sekarang. Tasya akan menolak diperlakukan seperti ini. Aku akan mendapat masalah kalau dia memutuskan untuk membalas balik.”
Tanpa sepengetahuan Elsa, alasan Helen tidak berani melakukan ini itu pria yang bercinta dengan Tasya malam itu adalah Elan. Untungnya. Tasya sendiri menghindari pembicaraan tentang apa yang terjadi malam itu. Wanita itu pasti akan menelusuri kembali kalau dia menyelidikinya lebih jauh. Dengan begitu, Tasya sudah pasti mengetahui kalau anaknya itu juga anknya Elan. Itu akan membuat Tasya dan Elan semakin dekat ketika saatnya tiba.
Elsa lalu mengangguk dan berkata, “Baiklah! Kita akan mencari cara lain untuk menghadapinya.”
Helen sebenarnya sudah memikirkan cara yang dia Yakini bisa mendapatkan perhatian Elan-nya itu. Lalu, elsa dan Helen segera pergi makan malam menggunakan mobil sport Helen ketika malam sudah tiba di mana Elsa mulai merindukan kehidupan orang kaya. Wanita itu tahu kalau warisan ayahnya akan membuatnya kaya dan dia harus memastikan agar warisan itu tidak akan diambil oleh Tasya.
Perusahaan Frans yang terdaftar bernilai lebih dari 14 triliun rupiah! Sekalipun Elsa tidak mau menjalankan bisnis ke depannya, dia masih bisa tetap menjadi wanita kaya kalau dia menjual perusahaanya hanya untuk beberapa ratus miliar rupiah saja. Si wanita menjaid semakin haus akan kehidupan kaya yang dipamerkan Helen kepadanya.
Saat malam tiba, para pelayan di vila Elan sudah mulai menyiapkan makan malam. Tasya dan Jodi sudah bermain sepak bola selama setengah jam dan keduanya kembali ke kamar untuk mandi. Saat itu, dua sorot lampu depan menyinari halaman di luar vila. Pemilik tempat itu telah kembali. Elan yang memakai pakaian serba hitam dari ujung kepala sampai ujung kaki melangkah ke aula yang terang benderang.
Para pelayan menyapanya dengan hormat, “Selamat datang, Tuan Muda Elan,
“Mereka ada di mana?” tanya Elan.
Ruang Untukmu
70 61% 5 mutiara
Bab 295
“Nona Tasya dan Tuan Muda Jodi sedang mandi di lantai atas.”
Dengan begitu, Elan melangkalı ke lantai atas dengan langkah yang lebar-lebar. Jodi sudah pergi ke ruang bermain sciclali sang ibu memandikannya. Saat ini, giliran wanita itu mandi. Dia bermain dengan busa sabunnya tatkala dia berendam di bak, benaknya memikirkan cara untuk memberi tahu Elan nanti kalau dia akan pulang
Bagaimanapun, pria itu sudah membawa dia dan putranya kemari karena kebaikannya. Wanita itu tidak mungkin bisa mematahkan hatinya sciclah berkali-kali melakukannya.
Sementara itu, Elan mengira kalau si wanita sedang memandikan anaknya dan berniat bergabung bersama mereka, si pria tanpa berpikir mendorong pintu kamar mandinya. Di saat itualh, Elan dan Tasya saling bertatapan ketika pria itu berdiri di depan pintu, sedangkan Tasya berbaring di bak mandi.
“Ah!”
Disebabkan kekagetannya, wanita itu menjerit dan duduk tegak. Selain handuk kecil yang dia kenakan untuk menutupi bagian-bagian terpentingnya, Elan memandang bagian atas tubuh Tasya yang indah dan lentur. Si wanita bukan satu-satunya orang yang terkejut. Elan sendiri tidak memercayai kalau dia memilih waktu yang salah untuk masuk. Baru di saat si wanita merasa kedinginan di bagian atas tubuhnya, dia menyadari apa yang dia lakukan denga bodohnya karena terkejut. Namun, saat dia mencoba berbaring kembali, Tasya terpeleset di atas busa-busa itu yang hanya menyisakan sepasang tangannya yang mencoba menggapai sesuatu di atas air.
“Tasya.”
Kali ini, Elan tidak memedulikan hal lain tatkala dia bergegas mendekati Tasya dengan langkahnya yang lebar-lebar dan meraih ke dalam air untuk menyelamatkan wanita yang berusaha agar tidak tenggelam itu. Sementara itu, si wanita seketika rasanya mau mati karena begitu malu dirinya saat itu juga. Dia benar-benar basah dari ujung kepala sampai ujung kaki.
Meskipun ada busa di rambut dan tubuhnya, busa-busa itu tidak mungkin menutupi tubuhnya secara menyeluruh. Dia terlihat seperti bayi yang baru lahir sekalang dalam pelukan Elan. Satu satunya hal yang bisa Tasya lakukan sekarang adalah menutupi wajahnya dengan telapak tangannya.
Dia hampir menangis tatkala dia memohon kepada Elan, “Elan, turunkan aku.”
Mata dalam si pria menatap tubuh wanita itu saat ini, matanya lalu terlihat menggelap dengan emosi yang tidak bisa dijelaskan.
“Selama apa kamu mau melihat?”
Si wanita hampir saja terganggu begitu dia menyadari kalau pria itu diam-diam menatapnya. Ketika Elan akhirnya memasukan Tasya kembali ke dalam air mandinya, dia duduk di sana dengan meringkukkan tubuhnya tatkala dia mulai merasa marah. Published by Nôv'elD/rama.Org.
“Keluar,” kata wanita itu mendesis.
Pria itu hanya mengerutkan bibir tipisnya untuk menahan senyuman. Namun, dia tetap saja mengatakannya dengan lembut, “Memandikanmu dengan benar.”
Setelah mengatakan itu, Elan melangkah keluar dan menutup pintu di belakangnya. Wanita itu ditinggal pergi dengan menutupi wajahnya sendirian dengan menyedihkan di kamar mandi itu. Si wanita hanya bisa menahan kesedihannya karena dilihat telanjang bulat leh pria itu. Dia lalu buru-buru
meriyiram busa dari badannya dan memakai baju. Akhirnya, Tasya menghela napas lega saat dia keluar dan melihat kalau Elan sudah tidak ada.
Dia sebenarnya sedang menemani Jodi saat itu. Namun, dia tidak seperti dirinya yang biasanya selalu lancar dalam memainkan kubus Rubik, dia bahkan tidak bisa menandingi kecepatan si kecil Jodi karena benaknya disibukkan dengan sesosok tubuh yang baru dilihatnya tadi.
“Om Elan, aku menang lagi,” kata Jodi dengan sesumbar sambil mengibaskan kubus Rubiknya dengan bangga.
Elan mengulurkan tangan dan membelai kepala anak itu dan memuji, “Kamu hebat, Jodi. Aku mengaku kalah.”
Si kecil sepertinya mendapatkan rasa pencapaian yang luar biasa setelah mendengar perkataan Elan. Sementara itu, Elan berbalik untuk melihat jam saat itu.
“Kurasa sudah waktunya kita turun untuk makan malam.”
Begitu Elan keluar dengan menggenggam tangan kecil Jodi di tangannya, Tasya juga kebetulan keluar dari Wanita itu langsung merasa sangat malu sampai-sampai diam au mengubur dirinya ke dalam tanah. Rasanya Rasanya tidak ada gunanya sekalipun dia membalut badannya dengan selimut, tidak perlu baginya bahkan jika dia membungkus tubuhnya dengan selimut. Meskipun dia mengenakan sweter, cara si pria menatapnya membuatnya panik dengan perasaan seolah olah dirinya berdiri telanjang di hadapan Elan. Putranya menyadarkannya ketika anak tiba-tiba menoleh itu ke arahnya dan berkata, “Mama, ayo turun ke lantai bawah untuk makan malam.”
“Hmm! Baiklah, ayo pergi makan!”
Tasya lalu menuruni tangga terlebih dahulu, membuat Elan tersenyum. Itu pastinya pemandangan yang tidak akan pernah dia lupakan seumur hidupnya. Meskipun semua itu terjadi dalam satu menit
yang singkat, tidak ada satu pun pemandangan yang tidak dia hargai dengan baik. Di sisi lain, Tasya benar-benar mau menyembunyikan dirinya di lubang kalau dia bisa melakukannya. Wajahnya terasa panas sepanjang waktu makan malam. Sekujur tubuhnya juga akan menegang tegang tatkala Elan menatapnya.
Setelah makan malam, Elan mengajak Jodi jalan-jalan. Bukannya bergabung dengan mereka, Tasya duduk di aula samping sambil menggunakan ponselnya. Dia juga memperhatikan jalannya kasus pengadilan Lukman. Sepertinya tidak mungkin bagi Lukman dan anak buahnya untuk keluar dari penjara setelah 2 kasus pembunuhan yang mereka lakukan
Next Chapter