Bab 288
Bab 288
Ruang Untukmu
Bab 288
Saat itu, Helen melihat laki-laki yang dicintainya sedang berusaha menyelamatkan Tasya sambil terus memanggil namanya. Rasa khawatir dan panik terlihat jelas dari sorot mata Elan yang sedang menatap Tasya.
Sedangkan Elsa, dia berdiri kebingungan melihat insiden ini.
Kalau dari rencana Helen, seharusnya Elan yang menyelamatkannya. Kenapa sekarang Elan justru menyelamatkan Tasya?
Tasya akhirnya tersadar dan hal pertama yang dia lihat adalah wajah tampan Elan.
“Akhirnya kamu sadar!” Jari jemari Elan gemetar saat dia membelai wajah Tasya yang dingin. Saat itu, tatapan matanya terlihat lega.
Orang-orang yang ada disana bertepuk tangan. Dua orang perempuan yang terjatuh ke kolam berhasil diselamatkan, dan itu adalah kabar baik.
Sementara itu, seseorang di dalam kerumunan itu menatap apa yang sedang terjadi dengan perasaan campur aduk. Laki-laki kaya nan tampan itu sedang berlutut di tanah dengan pakaian basah, tampak senang karena berhasil menyelamatkan tasya.
Saat Tasya terduduk, Elan segera menutupi badannya yang basah kuyup. Saat itu, Tasya mengangkat kepalanya dan matanya bertatapan dengan tatapan benci milik Helen.
Tasya menepis tangan Elan yang sedang membantunya dan mencoba berdiri. Dengan tubuh lemas, dia berjalan menuju Helen tertatih-tatih. Lalu, dia mengangkat tangannya dan menampar wajah helen
dengan keras.
Tamparan Tasya membuat wajah Helen berpaling, Air mata mengalir deras di wajahnya dan dia berkata, “Maafkan aku Tasya. Aku tahu kamu berusaha menolongku, tapi kamu tahu kan kalau aku takut air. Aku tidak bermaksud menarikmu ke dalam air.”
Setelah berkata seperti itu, Helen memberi isyarat pada Elsa lewat matanya yang sedang menangis. Elsa langsung mengerti maksud Helen, jadi dia berjalan melewati kerumunan dan bertanya, “Helen, apa kamu baik-baik saja? Apa kamu terluka?”
Lalu, Elsa menoleh ke arah Tasya dan memojokkannya. “Aku melihatmu mendorongnya dengan mata kepalaku sendiri, tapi kamu berani-beraninya menampar Helen! Apu kamu tidak punya hati, hah?” bentak Elsa.
“Elsa, jangan menyalahkan Tasya. Aku tadi tidak sengaja jatuh ke kolam,” ujar Helen berurai air mata.
“Nona, apakah kalian berdua mau maju sebentar sebagai saksi saat Helen terjatuh ke dalam air tadi? Apakah kalian melihat Tasya mendorong Helen?” tanya Elsa pada kedua tamu perempuan yang menyaksikan insiden itu, berharap mereka mau menceritakan apa yang mereka lihat.
Saat itu, tubuh Tasya sedikit oleng. Dia hampir mati lemas dan kehilangan tenaganya. Tak lama, sepasang tangan memeluk pinggang Tasya. Dia pun bersandar ke dada bidang laki-laki itu. Tanpa perlu melihat sosoknya, Tasya tahu siapa laki-laki yang sedang memeluknya itu.
Semua orang penasaran dengan apa yang terjadi, jadi semakin banyak tamu yang berkerumun di sekitar kolam. Kedua tamu perempuan yang ditunjuk oleh Elsa saling bertatapan, lalu salah satu dari mereka berkata, “Kami melihat Nona Tasya mendorong Nona Helen ke dalam kolam. Tapi, ketika Nona Helen meminta tolong, Nona Tasya langsung melompat ke kolam untuk menyelamatkannya.”
Saat ini, Helen berdiri dengan badan gemetar karena kedinginan. Dia menatap Elan dan berkata, “Elan, jangan salahkan Tasya. Aku-aku tidak sengaja jatuh ke kolam dan dia hampir tenggelam karena menyelamatkanku. Aku pantas menerima tamparannya, karena aku akhirnya Tasya sampai harus masuk ke kolam. Justru aku yang seharusnya mati.”
Setelah berkata seperti itu, Helen menutup wajahnya dan mulai terisak seolah dia benar-benar menyalahkan dirinya sendiri. NôvelDrama.Org is the owner.
“Helen, kenapa kamu masih membelanya? Sudah jelas kalau dia mencoba membalas dendam padamu! Dia ingin kamu bertanggung jawab dari insiden saat dia diperkosa seorang gig*lo lima tahun lalu! Tasya ingin kamu mati!” teriak Elsa, perkataannya terdengar nyaring. Sepertinya dia khawatir kalau orang-orang tidak bisa mendengarnya.
Saat itu juga, wajah Tasya pucat pasi. Tubuhnya gemetar menahan marah, karena dua orang itu masih belum selesai mencari gara-gara dengannya.
“Tutup mulutmu, Elsa!” bentak Elan. Dia menatap Elsa dengan tatapan setajam pisau karena dia tidak mau mendengar perkataan perempuan itu lagi.
Elsa ketakutan mendengar bentakan Elan dan dia pun seketika terdiam. Tapi, semuanya sudah terlanjur dikatakan. Perkataan Elsa tadi seolah seperti sebuah bom yang dijatuhkan.
Apa? Seorang gig*lo memperkosa Nona Tasya?
Perkataan Elsa membuat orang-orang bersimpati, tapi juga membuat mereka mempertanyakan masa lalu Tasya.
“Lalu bagaimana dengan perbuatannya yang mendorong Nona Helen ke kolam dan menamparnya tanpa meminta maaf?”
“Kamu benar! Perbuatan seperti ini tidak bisa dimaafkan.”
Ruang Untukmu
5 mutia
Bab 289
“Benar! Kalau kamu tidak mau minta maaf, kenapa kamu menamparnya? Lihat Nona Helen-kasihan dia.”
Tasya merasa tertekan saat dia mendengarkan ocehan orang-orang di sekelilingnya. Apalagi, hanya dia dan Helen yang tahu kalau helen sedang mencoba membunuhnya saat di dalam kolam tadi. Tapi, orang-orang ini begitu kejam menghakiminya tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Sementara itu, Elan mengabaikan tatapan orang-orang dan pergi sambil menggendong Tasya yang belum sepenuhnya sadar. Dia berkata pada Roy, “Bawa Nona Helen masuk kedalam untuk mengganti pakaiannya.”
“Elan…” seru Helen sambil menangis. Hatinya sakit seperti ditusuk-tusuk saat dia melihat Elan pergi sambil menggendong Tasya.
Meskipun dengan insiden penuh drama seperti ini, Tasya tetap menang. Dialah yang menerima cinta dan perhatian Elan. Bahkan laki-laki itu tidak menanyakan keadaan
Helen.
Yang pertama kali dipikirkan Tasya setelah dia berganti pakaian adalah anak laki lakinya. Dia menoleh ke arah Elan dan bertanya, “Jangan beritahu Jodi tentang apa yang baru saja terjadi.”
“Jangan khawatir! Aku sudah meminta Nando untuk tidak membawanya pulang, dan Jodi masih ada di tempat bermainnya.” Ujar Elan berusaha menenangkan Tasya.
Tasya mencengkram selimut dengan erat saat dia teringat kelicikan Helen tadi. Dia yakin kalau Helen sengaja menekannya agar tidak bisa naik permukaan air dan dia berencana untuk menenggelamkannya!
“Kenapa kamu melompat ke kolam untuk menyelamatkannya sedangkan kamu tidak bisa berenang?” tanya Elan sambil mengernyitkan keningnya. Dia tidak berani menyalahkan Tasya, tapi dadanya terasa sesak karena dia sangat mengkhawatirkan
tasya.
“Malam ini adalah pesta ulang tahun Nenekmu. Tidak baik kalau sampai ada orang yang meninggal,” jawab Tasya berusaha memberitahu apa yang dia rasakan saat insiden itu terjadi.
Tapi, dia tidak menyangka kalau Helen, yang lima tahun lalu tidak bisa berenang, sekarang sudah belajar berenang!
“Kamu tahu… kamu tadi hampir.” Elan tidak sampai hati melanjutkan perkataannya
karena dia sangat takut dengan insiden yang baru saja terjadi. Kalau Elan terlambat menyelamatkannya, Tasya pasti sudah meninggai.
Satu-satunya alasan Tasya masih hidup adalah karena Elan bertindak cepat dan segera menyelamatkannya. Kalau tidak, Tasya pasti tidak akan selamat.
“Terima kasih,” ujar Tasya dengan tulus. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana apa yang terjadi pada anaknya kalau dia mati.
“Aku tidak mau kamu berterima kasih padaku. Aku hanya ingin kamu menghargai kehidupanmu. Jangan sampai hal seperti ini terulang kembali.” Mata Elan menatap Tasya penuh dengan rasa khawatir. Dia berjalan mendekati Tasya dan memeluknya. “Karena aku sudah menyelamatkanmu, maukah kamu hidup bahagia demi diriku?” tanya Elan.
Tasya masih terguncang karena insiden yang terjadi tadi. Lalu dia mengangkat kepalanya dan berkata, “Pak Elan, maukah Anda berjanji? Kalau terjadi sesuatu pada saya, tolong jaga Jodi demi saya.”
Perkataan Tasya membuat hati Elan berdesir. Dia memeluk Tasya erat dan menatap matanya, “Jangan berbicara yang tidak-tidak! Aku tidak akan membiarkan Jodi kehilangan Ibunya. Kita akan membesarkannya bersama.”
Tasya hanya bisa mengedipkan matanya saat mendengar perkataan Elan. Tatapan Elan begitu menawan sampai Tasya tidak bisa mengalihkan pandangannya.
Tiba-tiba saja, Tasya mulai merasa pusing. Elan mengecup keningnya dan berkata, “Jangan berpikir yang tidak-tidak. Sekarang beristirahatlah.”
Saat itu, ponsel Elan berdering. Dia menatap nama si penelpon di layar ponselnya dan mengangkatnya. “Ada apa?”
“Pak Elan, Nona Helen sedang mencoba untuk bunuh diri,” ujar Roy.
“Apa?” tanya Elan bingung.
“Nona Helen ingin bertemu dengan Anda,” suara Roy terdengar khawatir di ujung telepon
“Baiklah. Aku akan kesana.” Setelah itu Elan menutup teleponnya, lalu menyelimuti
Tasya. Dia berkata, “Istirahatlah. Aku pergi dulu.”
Elan duduk di sampingnya, jadi Tasya bisa mendengar percakapan Elan dengan Roy tentang Helen yang mau bunuh diri.
Hah! Tentu saja Helen akan cari cara untuk mendapatkan Elan.
“Pergilah!” Karena dia kelelahan, Tasya pun berbaring dan perlahan memejamkan
Keska San Sampai di ruangan Helen dia sedang berdiri di depan jendela lantai tiga, melarang orang- orang mendekatinya Dia menjulurkan satu kakinya, seolah-olah dia akan menjatuhkan dirinya kapan saja
*Cepat turun Helen” seru saat dia Elan membuka pintu sambil mengernyitkan keningnya
Saar dia melihat Elan datang. air matanya mengalir deras di wajahnya. “Akhirnya kamu menemuiku Elan Aku-aku kira kamu sudah tidak peduli lagi padaku. Kalau itu terjadi lebih baik aku mati saja,” ujarnya sambil terisak.
Setelah berkata seperti itu Helen menjulurkan tubuhnya keluar jendela.
“Jangan aneh-aneh. Helen Cepat kemari. ” ujar Elan sambil mengulurkan tangannya. “Ayo.”
Next Chapter