Ruang Untukmu

Bab 275



Bab 275

Ruang Untukmu Bab 275

Leave a Comment / Ruang Untukmu / By Admin 01

Bab 275 Seketika Tasya menyadari sesuatu. Kenapa setiap laki-laki selalu seperti ini, memberi sesuatu sebagai balasan karena sudah

mendapat apa yang mereka mau?

Tasya pun teringat dengan malam saat insiden itu terjadi.

Saat Tasya sedang berjongkok di samping sofa sambil menahan sakit, si bajing*n itu juga melakukan hal yang sama.

Dia melepas jam tangannya dan memberikan pada Tasya.

Saat itu, Tasya penuh dengan rasa sakit dan amarah, jadi dia menepis tangannya dan bergegas keluar.

Kalau saja dia punya kekuatan, Tasya pasti akan mencari pisau dan membunuh bajing*n itu.

Meskipun dia tidak berhasil membunuhnya, setidaknya dia bisa membuat bajing*n itu tidak bisa lagi melakukan hubungan seksual dan tidak

akan pernah punya keturunan seumur hidupnya! Tapi, setelah insiden pemerkosaannya, yang Tasya pikirkan hanyalah mencari Helen dan

memastikan apakah dia baik-baik saja.

Tapi ternyata, sungguh ironis ketika dia tahu kalau Helen adalah dalang dibalik insiden malam itu.

Elan memperhatikan wajah Tasya yang menegang dan melamun.

Dia pun khawatir dan bertanya, "Kamu sedang memikirkan apa?" “Jadi, dia meninggalkan kenangan manis, ya? Sudah lima tahun dan kamu

masih mencarinya," ujar Tasya dengan nada menyindir.

Elan terdiam.

Tasya benar.

Bahkan, Elan selalu memikirkan kejadian malam itu dan sosok perempuan yang menangis lima tahun lalu.

Tapi setelah bertemu dengan Helen, dia sudah tidak memikirkannya lagi.

Meskipun dia masih mengingatnya, Elan tidak bisa mengingat apa yang terjadi malam itu pada Helen karena sosok Helen sangat berbeda dengan sosok perempuan yang dia temui malam itu.

"Apa kamu tidak suka dengan apa yang terjadi antara aku dan Helen?" tanya Elan dengan suara tegang.

Sepertinya dia mengkhawatirkan sesuatu.

Mendengar itu, Tasya mengibaskan rambut panjangnya.

Wajahnya tampak ceria dan dia tersenyum.

"Tentu saja tidak!" Kenapa Tasya terganggu dengan hal itu? Dia hanya ingin tahu yang sebenarnya.

"Tasya, aku tidak bisa mengubah masa lalu.

Jangan mengkhawatirkan masa laluku.

Kita bisa melewati masa depan bersama." Ujar Elan sambil mengernyitkan keningnya.

Dibawah cahaya lampu, tatapan Elan terlihat tegang.

Saat itu, dia benar benar gugup.

"Benar, ada hal yang tidak bisa kita ubah.

Oh iya, sekarang sudah malam.

Tidurlah, Pak Elan." Tasya pun juga mengalami hal yang sama di masa lalu.

Jadi, dia tahu kalau waktu tidak bisa diputar kembali dan yang bisa dia lakukan hanyalah menerima masa lalunya.

Setelah itu, Tasya berdiri dan berjalan menuju kamarnya.

Tapi Elan yang duduk di hadapannya menghadangnya dengan kakinya.

Tangan besar Elan meraih pundak Tasya, lalu membalik Tasya agar mereka bisa saling berhadapan.

Tasya jatuh ke pelukan Elan.

Kepalanya tertasa pusing karena baru saja minum alkohol.

Tapi, Tasya berusaha mendorong tubuh Elan menjauh.

"Jangan lakukan ini, Elan.” “Kamu pasti memikirkan masa laluku, kan.

Kamu hanya tidak mau mengakuinya saja, kan?” ujar Elan sambil menatap Tasya yang tidak bisa kabur lagi.

Tasya terkejut mendengarnya.

Dia mendorong Elan dan berkata, "Lepaskan aku, Elan.

Jangan macam-macam." "Apakah aku yang macam-macam atau kamu yang tidak mau mengakui perasaanmu sendiri? Terlihat jelas kamu

menyukaiku, tapi kamu tidak mau mengakuinya." Elan ingin menunjukkan apa yang ada di pikiran Tasya agar Tasya mau menerima

perasaan yang dia rasakan sebenarnya.

Tapi Tasya, yang bukan lagi seorang perempuan naif, tahu kalau dia harus menghadapi apapun yang terjadi dengan tenang.

Di mengangkat kepalanya dan menatap Elan.

"Pak Elan, saya yang paling tahu apakah saya menyukai Anda atau tidak.

Kalau Anda ingin tahu yang sebenarnya..." "Jangan seperti ini." Elan menyela perkataan Tasya, karena dia tahu apa yang akan Tasya

katakan hanyalah sebuah kebohongan. Original from NôvelDrama.Org.

Tapi, Tasya tidak peduli.

"Pak Elan, sepertinya Anda salah paham.

Saya tidak tahu apa yang membuat Anda berpikiran seperti itu, tapi memang sepertinya Anda salah paham.

Anda memiliki kedudukan tinggi dan Anda adalah atasan saya.

Saya menghormati dan mengagumi Anda atas apa yang Anda lakukan pada saya, tapi itu bukan cinta.

Tolong jangan salah paham."

Elan marah mendengarnya.

Perempuan ini jelas-jelas berbohong dan dia mengatakannya dengan berani dan percaya diri! Tubuh Elan membeku.

Dia seolah seperti monster yang sedang terperangkap.

Rasanya dia hampir gila karena menahan semua emosinya.

Ingin dia melampiaskan semua yang dia rasakan.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.