Ruang Untukmu

Bab 270



Bab 270

Ruang Untukmu Bab 270

Leave a Comment / Ruang Untukmu / By Admin 01

Bab 270 Rasa senang seketika terpancar dari mata Helen, tapi dia berusaha tetap tenang dan berkata, "Baiklah. Lain kali beritahu hal-hal

seperti ini padaku.

Jangan menunggu sampai aku menanyakannya." "Baik, Nona Helen." ujar Dani patuh.

Setelah menutup telepon, Helen segera mengambil iPad dan mulai mencari berita-berita lama.

Seperti yang dia duga, dia menemukan berita dua tahun lalu, yang mengumumkan acara ulang tahun Nyonya Prapanca yang ke-68.

Pestanya diadakan cukup mewah saat itu dan semua media memberitakannya.

Seketika sekelebat rasa benci muncul di mata Helen. This content is © NôvelDrama.Org.

Tasya pasti juga akan datang ke acara itu.

Sementara itu, Tasya benar-benar kurang tidur.

Selesai sarapan, dia merasa sangat mengantuk.

Saat dia berjemur pun, dia masih merasa mengantuk.

Akhirnya dia pun memutuskan untuk tidur.

Tak lama, dia mendengar suara langkah kaki.

Saat dia membuka matanya, dia melihat seseorang mendekatinya.

Dia segera duduk dan menatap Elan, berusaha menyembunyikan rasa kantuknya.

"Kamu begadang berapa lama semalam?" Tanya laki-laki itu sambil duduk di sampingnya, sorot matanya tampak ramah.

Dia adalah penyebab kenapa Tasya tidak bisa tidur semalam.

"Tidak, kok," ujar Tasya.

"Sabtu nanti, Nenekku akan merayakan ulang tahunnya yang ke-70.

Aku ingin mengundangmu dan Jodi untuk datang ke pesta," ujar Elan sambil menatap Tasya.

Tasya mengedipkan matanya, lalu menggelengkan kepalanya.

"Kami tidak akan datang." "Nenekku sendiri yang memintaku untuk mengundangmu dan Jodi, sekaligus mengundang Ayahmu juga."

Tasya terkejut, "Ayahku juga ada dalam daftar tamu yang diundang?” "lya! Aku sudah mengirim undangannya.

Dia akan datang." Ujar Elan sambil menganggukkan kepalanya.; Tasya termenung.

Kalau Ayahnya datang, berarti Pingkan dan Elsa juga akan ikut datang

Kalau keluarga Prapanca sendiri yang meminta Ayahnya datang, pasti pasangan Ibu dan anak itu akan ikut.

Saat mereka sedang berbicara, ponsel Tasya berdering.

Saat dia melihat layar ponsel, ternyata itu adalah telepon dari Nenek Elan.

"Ini telepon dari nenekmu." ujar Tasya gugup sambil memegang ponselnya.

"Angkatlah.

Beliau pasti ingin mengundangmu datang ke acara pesta ulang tahun beliau." Setelah itu, Elan beranjak pergi dan kembali bermain bola dengan Jodi.

Tasya mengangkat teleponnya.

"Halo, Nyonya Prapanca." "Tasya, apa kamu sedang sibuk? Apakah Elan sudah memberitahumu tentang pesta ulang tahunku?"

"lya, Pak Elan sudah memberitahu saya," jawab Tasya dengan sopan.

"Aku akan menunggu kedatanganmu!" Hana mengira kalau Tasya pasti akan datang.

Tasya ingin menolak undangannya, tapi saat dia mendengar nada suara Hana yang tampak bahagia, dia tidak tega untuk menolak.

"Ayahmu juga akan datang.

Ini waktu yang tepat untukku bertemu dengan keluargamu," lanjut Hana.

"Nyonya Prapanca, saya,"

"Jangan khawatir soal hadiahnya.

Kamu datang saja aku sudah senang.

Aku tak sabar untuk bertemu dengan anakmu, jadi ajak dia juga, ya?"

Tasya pun berubah pikiran.

Ayahnya akan datang dan Tasya hanya perlu datang dan makan makanan yang enak.

Lebih mudah mengiyakan undangannya dari pada menolaknya, jadi dia tersenyum dan berkata, "Tentu saja! Saya akan datang."

"Baguslah.

Aku akan meminta Elan untuk menyiapkan semuanya." Setelah menutup teleponnya, Tasya berharap Ayahnya akan datang sendirian, tapi

dia tidak bisa mengatur-atur keputusan Ayahnya begitu saja.

Di kediaman keluarga Merian, Frans sedang makan siang.

Pingkan menyiapkan beberapa makanan.

Sambil menyesap alkohol, Frans berkata, "Pingkan, aku diundang ke acara ulang tahun Nyonya Prapanca hari Sabtu nanti.

Tolong carikan pakaian yang cocok untuk acara itu." Mata Pingkan berbinar saat mendengarnya, lalu bertanya, "Apa cuma kamu yang

diundang? Bagaimana denganku dan Elsa?" "Kenapa kamu mau ikut juga?"

Elsa juga cemas, "Ayah, aku juga mau ikut.

Aku ingin tahu bagaimana pestanya." Pingkan membayangkan betapa pesta keluarga Prapanca akan dihadiri oleh banyak orang hebat dan

terkenal.

Itu adalah kesempatan emas bagi putrinya untuk berkenalan dengan orang-orang itu, jadi ini hal yang bagus bagi putrinya.

Siapa tahu ada laki-laki muda yang tertarik pada Elsa, kan? "Frans, aku dan Elsa akan ikut denganmu!"

"Tamu mereka adalah kalangan kelas atas.

Jangan membuatku malu." ujar Frans sambil menggelengkan kepalanya.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.