Bab 256
Bab 256
Ruang Untukmu Bab 256
Leave a Comment / Ruang Untukmu / By Hmmark
Bab 256 "Ibu, kita harus cari cara untuk merebut perusahaan Ayah! Kita tidak boleh membiarkan Tasya dan anaknya mendapatkan
semuanya. Ayah selama ini kejam pada kita, jadi kita tidak perlu lagi mengkhawatirkannya." Elsa sangat menginginkan perusahaan Ayahnya
karena tidak ada aset lain yang semahal perusahaan Ayahnya yang nilainya saja beberapa triliun.
Tiba-tiba ada sekelebat tatapan kejam di mata Pingkan.
"Kamu benar, Elsa! Ayahmu itu terlalu kejam pada kita! Kamu harus mewarisi perusahaannya.
Apa kamu mau menuruti permintaan Ibu, Elsa?” “Tentu saja, aku mau! Aku akan lakukan apapun yang Ibu minta." Selama ini Elsa tumbuh
dengan pengaruh Ibunya, jadi dia percaya kalau apa yang dilakukan Ibunya adalah demi kebaikannya.
“Kalau begitu, rayu Romi dan buat dia memihak pada kita.
Dia akan sangat membantu kita saat kita memutuskan untuk mengambil alih perusahaan Ayahmu."
"Apa?!" seru Elsa tidak percaya.
“Romi Wijaya? Dia cuma manajer departemen keuangan biasa di perusahaan Ayah." "Tapi dia penerus perusahaan yang dipilih Ayahmu dan Tasya pasti akan bergantung padanya.
Ayahmu kejam pada kita, jadi dia tidak bisa menyalahkan kita kalau kita tidak setia padanya.
Romi pasti akan sangat berguna bagi kita nanti." ujar Pingkan sambil menatap Elsa dengan tenang.
Dia sudah punya rencana di kepalanya. Content is © by NôvelDrama.Org.
"Apa! Tapi dia cuma pecundang! Membuatnya tergila-gila padaku itu hal mudah.
Dia beruntung kalau bisa mendapatkanku." Meskipun Elsa dipaksa oleh Ibunya untuk menggoda Romi, sebenarnya dia benci dengan rencana ini.
Setelah bertemu dengan orang seperti Elan, yang kaya raya dan sangat elegan, orang biasa sudah tidak menarik lagi bagi Elsa.
Meskipun dia tidak bisa menikah dengan Elan, setidaknya dia bisa menikah dengan orang kaya.
“Ibu, bukankah perusahaan Ayah akan diakuisisi? Bagaimana kalau Ayah sudah tidak lagi ada di perusahaannya?" tanya Elsa khawatir.
Saat itu, Tasya sedang mengenakan sebuah blus renda dengan celana denim.
Dia terlihat sederhana tapi tetap cantik dan rambutnya yang panjang tergerai di pundaknya, semakin menonjolkan kecantikannya.
Bagi Romi, Tasya benar-benar mempesona.
"Nona Tasya, mari makan siang bersama.
Saya sudah memesan restoran untuk merayakan Pak Frans yang keluar dari rumah sakit." "Baiklah!" ujar Tasya sambil menganggukkan
kepalanya.
Mendengar ini, Romi merasa sangat bahagia.
Akhirnya dia bisa makan bersama dan berbincang dengan Tasya.
Dia lalu mengeluarkan sebotol air minum dari tasnya, dan menawarkannya pada Tasya.