Menantu Dewa Obat

Bab 1218



Bab 1218

Bab 1218 Menggoda Devi

Pemimpin dari sekelompok orang itu adalah pria yang tampak agak sedikit lebih dewasa.

Dia mengenakan Rolex di tangannya. Arlojinya itu saja bernilai setengah juta dolar.

Sejak pria itu duduk di kursi, dia hanya memegangi dahinya dengan tangan yang mengenakan Rolex itu dengan tatapan yang dalam di wajahnya.

Dengan tampilan dan ekspresinya itu seolah–olah dia tidak memperhatikan semua orang yang ada di sekitarnya.

Dia duduk di baris yang sama dengan Reva dan berada tepat di seberang koridornya Devi.

Sejak masuk ke pesawat, tatapannya terus tertuju kepada Devi. Content © NôvelDrama.Org.

Meskipun ada beberapa gadis yang bersama dengan mereka.

Namun, gadis–gadis itu sama sekali tidak bisa dibandingkan dengan Devi.

Meskipun Devi tidak secantik Nara dan Anya namun harus dikatakan bahwa dia juga mendapat julukan sebagai kembang kampus, jadi bagaimana mungkin gadis–gadis muda itu bisa dibandingkan dengannya.

Selain itu, hari ini dia juga mengenakan pakaian olahraga ketat yang benar–benar menunjukkan lekuk tubuhnya dengan jelas sehingga bisa menarik cukup banyak perhatian dari para pria.

Saat pria itu menatap Devi, dia tidak bisa menyembunyikan rasa takjubnya.

Dan saat menoleh ke arah Reva, ekspresinya tampak menghina dan memusuhinya.

Menurutnya, pakaian yang dikenakan Reva sangat biasa. Jadi bagaimana caranya dia bisa menggaet si wanita cantik ini untuk bersamanya?

Di saat yang sama, seorang gadis yang mengenakan celana pendek mini menoleh dan berkata dengan penuh harap, “Kak Arif, apa desa Gnome itu benar–benar menyenangkan?”

Mendengar pertanyaannya ini, Arif langsung terbatuk kecil lalu dengan sengaja meninggikan suaranya: “Tentu saja!”

“Desa Gnome itu bisa dikatakan sebagai tempat yang paling menarik dari keenam provinsi di

selatan.

“Aku sudah pernah ke sana puluhan kali dan setiap kali aku pasti akan melihat sesuatu yang menarik di sana.”

“Asalkan kalian sudah pergi ke desa Gnome sekali saja maka aku jamin kalian pasti tidak akan pentah melupakan pengalaman itu untuk seumur hidupmu!”

Arif sengaja meninggikan suaranya untuk menarik perhatian Devi.

Sayangnya, Devi tetap bersandar di bahu Reva seolah-

bersandar di bahu Reva seolah–olah dia sama sekali tidak mendengar akt

Arif benar–benar terkejut dibuatnya.

Tadinya dia ingin menggunakan kesempatan ini untuk memulai pembicaraan dengan Devi.

Namun di luar dugaan, Devi malah sama sekali tidak memberikan kesempatan itu kepadanya.

Dia tampak malu dan merasa ingin marah namun pada akhirnya dia hanya bisa menahan emosinya saja.

Dia menatap Reva dan tiba–tiba dia terpikir dengan sebuah rencana dan memutuskan untuk memulainya dari Reva.

“Kak, maaf ganggu sebentar.”

“Ngomong–ngomong, kalian mau pergi kemana?”

Tanya Arif dengan sambil tersenyum.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.